Friday, February 11, 2011

Makna dan Filosofi Hari Raya Nyepi,


Hari Raya Nyepi dan Tahun Saka

September 19, 2006 at 8:59 am (Hari Raya Hindu)
Weda Sruti merupakan sumber dari segala sumber ajaran Hindu. Weda Sruti berasal dari Hyang Maha Suci/Tuhan Yang Maha Esa (divine origin). Mantra Weda Sruti tidak dapat dipelajari oleh sembarang orang. Karena mantra-mantranya ada yang bersifatpratyaksa (yang membahas obyek yang dapat diindra langsung oleh manusia), ada yang bersifat adhyatmika, membahas aspek kejiwaan yang suci (atma) dan ada yang bersifat paroksa, yaitu yang membahas aspek yang tidak dapat diketahui setelah disabdakan maknanya oleh Tuhan. Tingkatan isi Weda yang demikian itu menyebabkan maharsi Hindu yang telah samyajnanam membuat buku-buku untuk menyebarkan isi Weda Sruti agar mudah dicerna dan dipahami oleh setiap orang yang hendak mempelajarinya. Kitab yang merupakan penjabaran Weda Sruti ini adalah Upaveda, Vedangga, Itihasa dan Purana. Semua kitab ini tergolong tafsir (human origin).
Salah satu unsur dari kelompok kitab Vedangga adalah Jyotesha. Kitab ini disusun kira-kira 12.000 tahun sebelum masehi yang merupakan periode modern Astronomi Hindu (India). Dalam periode ini dibahas dalam lima kitab yang lebih sistimatis dan ilmiah yang disebut kitab Panca Siddhanta yaitu: Surya Siddhanta, Paitamaha Siddhanta, Wasista Siddhanta, Paulisa Siddhanta dan Romaka Siddhanta. Dari Penjelasan ringkas ini kita mendapat gambaran bahwa astronomi Hindu sudah dikenal dalam kurun waktu yang cukup tua bahkan berkembang serta mempengaruhi sistem astronomi Barat dan Timur.
Prof. Flunkett dalam bukunya Ancient Calenders and Constellations (1903) menulis bahwa Rsi Garga memberikan pelajaran kepada orang-orang Yunani tentang astronomi di abad pertama sebelum masehi. Lahirnya Tahun Saka di India jelas merupakan perwujudan dari sistem astronomi Hindu tersebut di atas.
Eksistensi Tahun Saka di India merupakan tonggak sejarah yang menutup permusuhan antar suku bangsa di India. Sebelum lahirnya Tahun Saka, suku bangsa di India dilanda permusuhan yang berkepanjangan. Adapun suku-suku bangsa tersebut antara lain: Pahlawa, Yuehchi, Yuwana, Malawa dan Saka. Suku-suku bangsa tersebut silih berganti naik tahta menundukkan suku-suku yang lain. Suku bangsa Saka benar-benar bosan dengan keadaan permusuhan itu. Arah perjuangannya kemudian dialihkan, dari perjuangan politik dan militer untuk merebut kekuasaan menjadi perjuangan kebudayaan dan kesejahteraan. Karena perjuangannya itu cukup berhasil, maka suku Bangsa Saka dan kebudayaannya benar-benar memasyarakat.
Tahun 125 SM dinasti Kushana dari suku bangsa Yuehchi memegang tampuk kekuasaan di India. Tampaknya, dinasti Kushana ini terketuk oleh perubahan arah perjuangan suku bangsa Saka yang tidak lagi haus kekuasaan itu. Kekuasaan yang dipegangnya bukan dipakai untuk menghancurkan suku bangsa lainnya, namun kekuasaan itu dipergunakan untuk merangkul semua suku-suku bangsa yang ada di India dengan mengambil puncak-puncak kebudayaan tiap-tiap suku menjadi kebudayaan kerajaan (negara).
Pada tahun 79 Masehi, Raja Kaniska I dari dinasti Kushana dan suku bangsa Yuehchi mengangkat sistem kalender Saka menjadi kalender kerajaan. Semenjak itu, bangkitlah toleransi antar suku bangsa di India untuk bersatu padu membangun masyarakat sejahtera (Dharma Siddhi Yatra). Akibat toleransi dan persatuan itu, sistem kalender Saka semakin berkembang mengikuti penyebaran agama Hindu.
Pada abad ke-4 Masehi agama Hindu telah berkembang di Indonesia Sistem penanggalan Saka pun telah berkembang pula di Indonesia. Itu dibawa oleh seorang pendeta bangsa Saka yang bergelar Aji Saka dari Kshatrapa Gujarat (India) yang mendarat di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 456 Masehi.
Demikianlah awal mula perkembangan Tahun Saka di Indonesia. Pada zaman Majapahit, Tahun Saka benar-benar telah eksis menjadi kalender kerajaan. Di Kerajaan Majapahit pada setiap bulan Caitra (Maret), Tahun Saka diperingati dengan upacara keagamaan. Di alun-alun Majapahit, berkumpu seluruh kepala desa, prajurit, para sarjana, Pendeta Siwa, Budha dan Sri Baginda Raja. Topik yang dibahas dalam pertemuan itu adalah tentang peningkatan moral masyarakat.
Perayaan Tahun Saka pada bulan Caitra ini dijelaskan dalam Kakawin Negara Kertagama oleh Rakawi Prapanca pada Pupuh VIII, XII, LXXXV, LXXXVI – XCII. Di Bali, perayaan Tahun Saka ini dirayakan dengan Hari Raya Nyepi berdasarkan petunjukLontar Sundarigama dan Sanghyang Aji Swamandala. Hari Raya Nyepi ini dirayakan pada Sasih Kesanga setiap tahun. Biasanya jatuh pada bulan Maret atau awal bulan April. Beberapa hari sebelum Nyepi, diadakan upacara Melasti atau Melis dan ini dilakukan sebelum upacara Tawur Kesanga. Upacara Tawur Kesanga ini dilangsungkan pada tilem kesanga. Keesokan harinya, pada tanggal apisan sasih kadasa dilaksanakan brata penyepian. Setelah Nyepi, dilangsungkan Ngembak Geni dan kemudian umat melaksanakan Dharma Santi.
Tujuan Hidup
Muwujudkan kesejahteraan lahir batin atau jagadhita dan moksha merupakan tujuan agama Hindu. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, umat Hindu wajib mewujudkan 4 tujuan hidup yang disebut Catur Purusartha atau Catur Warga yaitu dharma, artha, kama dan moksha. Empat tujuan hidup ini dijelaskan dalam Brahma Sutra, 228, 45 dan Sarasamuscaya 135.
Menurut agama, tujuan hidup dapat diwujudkan berdasarkan yajña. Tuhan (Prajapati), manusia (praja) dan alam (kamadhuk) adalah tiga unsur yang selalu berhubungan berdasarkan yajña. Hal ini tersirat dalam makna Bhagavadgita III, 10: manusia harus beryajña kepada Tuhan, kepada alam lingkungan dan beryajña kepada sesama. Tawur kesanga menurut petunjuk lontar Sang-hyang Aji Swamandala adalah termasuk upacara Butha Yajña. Yajña ini dilangsungkan manusia dengan tujuan membuat kesejahteraan alam lingkungan. Dalam Sarasamuscaya 135 (terjemahan Nyoman Kajeng) disebutkan, untuk mewujudkan Catur Warga, manusia harus menyejahterakan semua makhluk (Bhutahita).
“Matangnyan prihen tikang bhutahita haywa tan mâsih ring sarwa prani.”
Artinya:
Oleh karenanya, usahakanlah kesejahteraan semua makhluk, jangan tidak menaruh belas kasihan kepada semua makhluk.
“Apan ikang prana ngaranya, ya ika nimitang kapagehan ikang catur warga, mâng dharma, artha kama moksha.”
Artinya:
Karena kehidupan mereka itu menyebabkan tetap terjaminnya dharma, artha, kamadan moksha.
Di dalam Agastya Parwa ada disebutkan tentang rumusan Panca Yajña dan di antaranya dijelaskan pula tujuan Butha Yajña sbb:
“Butha Yajña namanya tawur dan mensejahterakan tumbuh-tumbuhan.”
Dalam Bhagavadgita III, 14 disebutkan, karena makanan, makhluk hidup menjelma, karena hujan tumbuhlah makanan, karena persembahan (yajña) turunlah hujan, dan yajña lahir karena kerja.
Dalam kenyataannya, kita bisa melihat sendiri, binatang hidup dari tumbuh-tumbuhan, manusia mendapatkan makanan dari tumbuh-tumbuhan dan binatang. Dengan demikian jelaslah, tujuan Butha Yajña melestarikan lingkungan hidup, yaitu Panca Maha Butha dan sarwaprani. Upacara Butha Yajña pada tilem kasanga bertujuan memotivasi umat Hindu secara ritual untuk senantiasa melestarikan alam lingkungan.
Dalam lontar Eka Pratama dan Usana Bali disebutkan, Brahma berputra tiga orang yaitu: Sang Siwa, Sang Budha dan Sang Bujangga. Ketiga putra beliau ini diberi tugas untuk amrtista akasa, pawana, dan sarwaprani. Oleh karena itu, pada saat upacara Tawur Kesanga, upacara dipimpin oleh tiga pendeta yang disebut Tri Sadaka. Beliau menyucikan secara spiritual tiga alam ini: Bhur Loka, Bhuwah Loka dan Swah Loka. Sebelum dilaksanakan Tawur Kesanga, dilangsungkanlah upacara Melasti atau Melis. Tujuan upacara Melasti dijelaskan dalam lontar Sanghyang Aji Swa-mandala sebagai berikut:
Anglukataken laraning jagat, paklesa letuhing bhuwana.
Artinya: Melenyapkan penderitaan masyarakat, melepaskan kepapaan dan kekotoran alam.
Lontar Sundarigama menambahkan bahwa tujuan Melasti adalah:
Amet sarining amerta kamandalu ring telenging sagara.
Artinya: mengambil sari-sari air kehidupan (Amerta Ka-mandalu) di tengah-tengah samudra.
Jadi tujuan Melasti adalah untuk menghilangkan segala kekotoran diri dan alam serta mengambil sari-sari kehidupan di tengah Samudra. Samudra adalah lambang lautan kehidupan yang penuh gelombang suka-duka. Dalam gelombang samudra kehi-dupan itulah, kita mencari sari-sari kehidupan dunia.
Pada tanggal satu sasih kadasa, dilaksanakanlah brata penye-pian. Brata penyepian ini dijelaskan dalam lontar Sundarigama sebagai berikut:
“….enjangnya nyepi amati geni, tan wenang sajadma anyambut karya sakalwirnya, ageni-geni saparanya tan wenang, kalinganya wenang sang wruh ring tattwa gelarakena semadi tama yoga ametitis kasunyatan.”
Artinya: “….besoknya, Nyepi, tidak menyalakan api, semua orang tidak boleh melakukan pekerjaan, berapi-api dan sejenisnya juga tak boleh, karenanya orang yang tahu hakikat agama melak-sanakan samadhi tapa yoga menuju kesucian.”
Jadi, brata penyepian dilakukan dengan tidak menyalakan api dan sejenisnya, tidak bekerja terutama bagi umat kebanyakan. Sedangkan bagi mereka yang sudah tinggi rohaninya, melakukan yoga tapa dan samadhi. Parisada Hindu Dharma Indonesia telah mengembangkan menjadi catur brata penyepian untuk umat pada umumnya yaitu: amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan. Inilah brata penyepian yang wajib dilakukan umat Hindu pada umumnya. Sedangkan bagi umat yang telah memasuki pendidikan dan latihan yang menjurus pada kerohanian, pada saat Nyepi seyogyannya melakukan tapa, yoga, samadhi.
Tujuan utama brata penyepian adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup agar dapat melaksanakan dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma, artha, kama dan moksha.
Jika kita perhatikan tujuan filosofis Hari Raya Nyepi, tetap mengandung arti dan makna yang relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan yang akan datang. Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) mempunyai arti dan makna untuk memotivasi umat Hindu secara ritual dan spiritual agar alam senantiasa menjadi sumber kehidupan.
Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata “tawur” berarti mengembalikan atau membayar. Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti Tawur Kesanga bermakna memotivasi ke-seimbangan jiwa. Nilai inilah tampaknya yang perlu ditanamkan dalam merayakan pergantian Tahun Saka
Menyimak sejarah lahirnya, dari merayakan Tahun Saka kita memperoleh suatu nilai kesadaran dan toleransi yang selalu dibutuhkan umat manusia di dunia ini, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Umat Hindu dalam zaman modern seka-rang ini adalah seperti berenang di lautan perbedaan. Persamaan dan perbedaan merupakan kodrat. Persamaan dan perbedaan pada zaman modern ini tampak semakin eksis dan bukan merupakan sesuatu yang negatif. Persamaan dan perbedaan akan selalu positif apabila manusia dapat memberikan proporsi dengan akal dan budi yang sehat. Brata penyepian adalah untuk umat yang telah meng-khususkan diri dalam bidang kerohanian. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai Nyepi dapat dijangkau oleh seluruh umat Hindu dalam segala tingkatannya. Karena agama diturunkan ke dunia bukan untuk satu lapisan masyarakat tertentu.
Pelaksanaan Upacara
Upacara Melasti dilakukan antara empat atau tiga hari sebelum Nyepi. Pelaksanaan upacara Melasti disebutkan dalam lontar Sundarigama seperti ini: “….manusa kabeh angaturaken prakerti ring prawatek dewata.”
Di Bali umat Hindu melaksanakan upacara Melasti dengan mengusung pralingga ataupratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya dengan hati tulus ikhlas, tertib dan hidmat menuju samudra atau mata air lainnya yang dianggap suci. Upacara dilaksanakan dengan melakukan persembahyangan bersama menghadap laut. Setelah upacara Melasti usai dilakukan, pratima dan segala perlengkapannya diusung ke Balai Agung di Pura Desa. Sebelum Ngrupuk atau mabuu-buu, dilakukannyejer dan selama itu umat melakukan persembahyangan.
Upacara Melasti ini jika diperhatikan identik dengan upacara Nagasankirtan di India. Dalam upacara Melasti, pratima yang merupakan lambang wahana Ida Bhatara, diusung keliling desa menuju laut dengan tujuan agar kesucian pratima itu dapat menyucikan desa. Sedang upacara Nagasankirtan di India, umat Hindu berkeliling desa, mengidungkan nama-nama Tuhan (Namas-maranam) untuk menyucikan desa yang dilaluinya.
Dalam rangkaian Nyepi di Bali, upacara yang dilakukan berda-sarkan wilayah adalah sebagai berikut: di ibukota provinsi dilaku-kan upacara tawur. Di tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud. Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak. Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata. Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata.
Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara dilakukan di natar merajan (sanggah). Di situ umat menghaturkan segehan Panca Warna 9 tanding, segehan nasi sasah 100 tanding. Sedangkan di pintu masuk halaman rumah, dipancangkanlahsanggah cucuk (terbuat dari bambu) dan di situ umat menghaturkan banten daksina, ajuman, peras, dandanan, tumpeng ketan sesayut, penyeneng jangan-jangan serta perlengkapannya. Pada sanggah cucuk digantungkan ketipat kelan (ketupat 6 buah),sujang berisi arak tuak. Di bawah sanggah cucuk umat menghaturkan segehan agung asoroh, segehan manca warna 9 tanding dengan olahan ayam burumbun dantetabuhan arak, berem, tuak dan air tawar.
Setelah usai menghaturkan pecaruan, semua anggota keluarga, kecuali yang belum tanggal gigi atau semasih bayi, melakukan upacara byakala prayascita dan natab sesayut pamyakala lara malaradan di halaman rumah.
Upacara Bhuta Yajña di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan, dilaksanakan pada tengah hari sekitar pukul 11.00 – 12.00 (kala tepet). Sedangkan di tingkat desa, banjar dan rumah tangga dilaksanakan pada saat sandhyakala (sore hari). Upacara di tingkat rumah tangga, yaitu melakukan upacara mecaru. Setelah mecaru dilanjutkan dengan ngrupuk pada saat sandhyakala, lalu mengelilingi rumah membawa obor, menaburkan nasi tawur. Sedangkan untuk di tingkat desa dan banjar, umat mengelilingi wilayah desa atau banjar tiga kali dengan membawa obor dan alat bunyi-bunyian. Sejak tahun 1980-an, umat mengusung ogoh-ogoh yaitu patung raksasa.Ogoh-ogoh yang dibiayai dengan uang iuran warga itu kemudian dibakar. Pembakaran ogoh-ogoh ini meru-pakan lambang nyomia atau menetralisir Bhuta Kala, yaitu unsur-unsur kekuatan jahat.
Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Patung yang dibuat dengan bam-bu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyrakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngrupuk. Karena tidak ada hubungannya dengan Hari Raya Nyepi, maka jelaslah ogoh-ogoh itu tidak mutlak ada dalam upacara tersebut. Namun benda itu tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara dan bentuknya agar disesuaikan, misalnya berupa raksasa yang melambangkan Bhuta Kala.
Karena bukan sarana upacara, ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai serta tidak mengganggu ketertiban dan kea-manan. Selain itu, ogoh-ogoh itu jangan sampai dibuat dengan memaksakan diri hingga terkesan melakukan pemborosan. Karya seni itu dibuat agar memiliki tujuan yang jelas dan pasti, yaitu memeriahkan atau mengagungkan upacara. Ogoh-ogoh yang dibuat siang malam oleh sejumlah warga banjar itu harus ditampilkan dengan landasan konsep seni budaya yang tinggi dan dijiwai agama Hindu.
Nah, lalu bagaimana pelaksanaan Nyepi di luar Bali? Rangkaian Hari Raya Nyepi di luar Bali dilaksanakan berdasarkan desa, kala, patra dengan tetap memperhatikan tujuan utama hari raya yang jatuh setahun sekali itu. Artinya, pelaksanaan Nyepi di Jakarta misalnya, jelas tidak bisa dilakukan seperti di Bali. Kalau di Bali, tak ada kendaraan yang diperkenankan keluar (kecuali mendapat izin khusus), namun di Jakarta hal serupa jelas tidak bisa dilakukan.
Sebagaimana telah dikemukakan, brata penyepian telah dirumuskan kembali oleh Parisada menjadi Catur Barata Penyepian yaitu:
-Amati geni (tidak menyalakan api termasuk memasak). Itu berarti melakukanupawasa (puasa).
Amati karya (tidak bekerja), menyepikan indria.
Amati lelungan (tidak bepergian).
Amati lelanguan (tidak mencari hiburan).
Pada prinsipnya, saat Nyepi, panca indria kita diredakan dengan kekuatan manahdan budhi. Meredakan nafsu indria itu dapat menumbuhkan kebahagiaan yang dinamis sehingga kualitas hidup kita semakin meningkat. Bagi umat yang memiliki kemampuan yang khusus, mereka melakukan tapa yoga brata samadhi pada saat Nyepi itu.
Yang terpenting, Nyepi dirayakan dengan kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang tiggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju jalan yang benar atau dharma. Untuk melak-sanakan Nyepi yang benar-benar spritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana.
Upawasa artinya dengan niat suci melakukan puasa, tidak makan dan minum selama 24 jam agar menjadi suci. Kata upawasa dalam Bahasa Sanskerta artinya kembali suci. Mona artinya berdiam diri, tidak bicara sama sekali selama 24 jam. Dhyana, yaitu melakukan pemusatan pikiran pada nama Tuhan untuk mencapai keheningan.Arcana, yaitu melakukan persembahyangan seperti biasa di tempat suci atau tempat pemujaan keluarga di rumah. Pelaksanaan Nyepi seperti itu tentunya harus dilaksana-kan dengan niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak didorong oleh ambisi-ambisi tertentu. Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan terpaksa. Tujuan mencapai kebebesan rohani itu memang juga suatu ikatan. Namun ikatan itu dilakukan dengan penuh keikh-lasan.
(Sumber: Buku “Yadnya dan Bhakti” oleh Ketut Wiana, terbitan Pustaka Manikgeni)

Thursday, February 10, 2011

CATUR WARNA



BHISAMA SABHA PANDITA
PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT
Nomor : /Bhisama /Sabba Pandita Parisada Pusat/X/2002

Tentang
PENGAMALAN CATUR WARNA
 Atas Asung Kertha Wara Nugraha Hyang Wi,dhi Wasa
Pesamuhan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat
 Menimbang:
1.Bahwa Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat memiliki kewenangan untuk mengeluarkan Bhisama sesuai dengan Anggaran Dasar Parisada Hindu Dharma Indonesia yang ditetapkan dalam Maha sabha VIII tahun 2001 di Denpasar, Bali.
2.Bahwa Catur Vama adalah ajaran tentang pembagian tugas dan kewajiban masyarakat berdasarkan "guna" (bakat) dan "Karma" (kerja) yang sesuai dengan pilihan hidupnya.
3.Bahwa di dalam sejarah perkembangan agama Hindu telah terjadi penyimpangan pengertian ajaran tentang Catur Varna menjadi Kasta atau Wangsa yang berdasarkan atas kelahiran (keturunan/keluarga) seseorang.
4.Bahwa untuk meluruskan pemahaman dan pengamalan Catur Warna yang menyimpang selama ini, maka dipandang perlu menetapkan Bhisama Tentang Pengamalan Catur Varna tersebut
Mengingat :
1.Ketetapan Mahasabha VIII Parisada Hindu Dharma Indonesia Tahun 2001 Nomor: 1/Tap.M.Sabha/VIII/ 2001 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Parisada Hindu Dharma Indonesia.
2.Ketetapan Maha Sabha VIII Parisada Hindu Dharma Indonesia Nomor: II/TAP/M.Sabha/VIII/2001 tentang Program Kerja Parisada Hindu Dharma Indonesia
Memperhatikan :
Usul-usul Sabha Walaka dan hasil pembahasan Sabha Pandita Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat pada Pesamuhan Agung Tanggal 26-27 Oktober 2002.
 MEMUTUSKAN
Menetapkan :
BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT TENTANG PENGAMALAN CATUR VARNA SESUAI DENGAN KITAB SUCI VEDA DAN SUSASTRA HINDU LAINNYA
Pertama:Catur Varna adalah ajaran agama Hindu tentang pembagian tugas dan kewajiban masyarakat atas "guna" dan "Kama" dan tidak terkait dengan Kasta atau Wangsa.
Kedua:Bhisama tentang Pengamalan Catur Vama ini sebagai pedoman yang sepatutnya dipatuhl oleh seluruh umat Hindu.
Ketiga:Menugaskan kepada Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat untuk memasyarakatkan Bhisama Tentang Pengamalan Catur Varna ini, beserta penjelasannya dalam lampiran Bhisama ini kepada scluruh umat Hindu di Indonesia.
Keempat:Apabila ada kekeliruan dalam Bhisama ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
Kelima:Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
 Bhisama ini disampaikan kepada Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat untuk dilaksanakan.
Ditetapkan di : Mataram, NTB
Pada Tanggal : 29 Oktober 2002
Dharma AdhyaksaWakil Dharma Adhyaksa
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar ArimbawaIda Pandita Mpu Java Dangka Suta Reka

Lampiran
BHISAMA SABHA PANDITA PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PUSAT
Nomor : 03/Bhisama /Sabha Pandita Parisada Pusat/X/2002
Tentang Pengamalan Catur Vama
 PENGAMALAN CATUR VARNA
A.Latar Belakang.
Sudah merupakan pengertian umum babwa ajaran Catur Varna yang bersumber pada wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang terhimpun dalam kitab suci Veda dan kitab-kitab susastra Veda (Hindu) lainnya adalah ajaran yang sangat mulia. Namun dalam penerapannya terjadi penyimpangan penafsiran menjadi sistem Kasta di India dan sistem Wangsa di Indonesia (Bali) yang jauh berbeda dengan konsep Catur Varna. Penyimpangan ajaran Catur Varna yang sangat suci ini sangat meracuni perkembangan agama Hindu dalam menuntun umat Hindu selanjutnya. Banyak kasus yang ditimbulkan akibat penyimpangan itu yang dampaknya benar-benar merusak citra Agama Hindu sebagai agama sabda Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan agama tertua di dunia.
Perjuangan untuk mengembalikan kemurnian ajaran Catur Varna itu sudah banyak dilakukan oleh sebagian umat Hindu. Perjuangan itu dilakukan baik oleh para cendekiawan maupun lewat berbagai organisasi/lembaga keumatan Hindu. Meskipun sangat alot namun perjuangan untuk mengembalikan kebenaran ajaran Catur Varna itu sudah menampakkan hasilnya. Seperti dalain bidang pemerintahan, politik, ekonomi dan hukum semakin nampak adanya kesetaraan. Justru dalam bidang keagamaan dan sosial budaya seperti pergaulan dalam kemasyarakatan membeda-bedakan Wangsa atau Soroh itu masih sangat kuat. Dalam bahasa pergaulan sehari-hari sangat tampak adanya penggunaan sistem Wangsa yang salah itu, dipakai oleh umat Hindu. Demikian pula dalam bidang keagamaan dan adat istiadat membeda-bedakan Wangsa itu masih sangat kuat. Hal itu menjadi sumber konflik yang tiada putus-putusnya dalam kehidupan beragama umat Hindu di Indonesia (khususnya di Bali). Wacana dari berbagai kalangan umat Hindu semakin keras untuk kembali ke ajaran Catur Varna, oleh karena itu dalam Maha Sabha VIII Parisada Hindu Dharma Indonesia bulan September 2001 di Denpasar telah mengusulkan adanya penetapan Bhisama Tentang Catur Warna ini. Usulan itu didahului oleh berbagai seminar dan diskusi-diskusi. Seminar dan diskusi itu diadakan oleh Parisada maupun oleh Orinas dan lembaga-lembaga umat Hindu.
Hampir setiap seminar dan diskusi ada usulan untuk kembali kepada sistem Catur Varna dengan melepaskan dominasi sistemWangsa. Tujuan ditetapkannya Bhisama Catur Varna untuk mengembalikan secara bertahap agar proses perubahan meninggalkan sistem Wangsa yang salah itu menuju pada sistem Catur Varna lebih cepat jalannya. Sistem Wangsa agar dipergunakan hanya untuk Pitra Puja dan untuk berbakti kepada leluhur dalam menumbuhkan rasa persaudaraan di intern wangsa itu sendiri. Sistem Wangsa hendaknya diarahkan untuk mengamalkan ajaran Hindu yang benar dalam kontek kesetaraan antar sesama manusia. Sistem Wangsa itu tidak dijadikan dasar dalam sistem pergaulan/adat-istiadat sehari-hari. Seperti sistem penghormatan dalam pergaulan sosial/adat-istiadat.
Menurut pandangan Hindu sesungguhnya semua umat manusia bersaudara dalam kesetaraan (Vasudeva kutum bakam). Demikian juga pandita dalam swadharmanya memimpin upacara tidak memandang dari asal usul Wangsa seseorang. Seorang setelah melaksanakan upacara Diksa menjadi pandita sudah lepas dari ikatan Wangsanya.
B.Pengertian dan Fungsi Ajaran Catur Varna Menurut Kitab Suci Veda
Tujuan hidup menurut ajaran Agama Hindu sebagaimana dinyatakan dalam kitab Brahma Purana 228.45.Dharma arthakama moksanam sarira sadanam, artinya: badan (Sarira: Sthula, Suksama dan Antakarana Sarira) hanya dapat dijadikan sarana untuk mencapai Dhanna, Artha, Kama dan Moksa. Inilah yang disebut Catur Purusha Artha atau empat tujuan hidup. Untuk mencapai empat tujuan hidup manusia itu harus dicapai secara bertahap. Dalam Agastya Parwa dinyatakan bahwa empat tujuan hidup itu dicapai secara bertahap menurut Catur Asrama. Tahap hidup Brahmacari diprioritaskan rnencapai Dharma, tahap hidup Grhastha diprioritaskan mencapai Artha dan Kama, sedangkan dalam tahap hidup Vanaprastha dan Sannyasa Asrama tujuan hidup diprioritaskan mencapai Moksa.
Untuk mewujudkan empat tujuan hidup dalam empat tahapan hidup (Catur Asrama) itu dibutuhkan empat jenis profesi yang disebut Catur Varna. Dalam kitab suci Yajurveda XXX.5 dinyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan empat profesi atas dasar bakat dan kemampuan seseorang. Brahmana Varna diciptakan untuk mengembangkan pengetahuan suci, Ksatriya untuk melindungi ciptaan-NYA, Vaisya untuk kemakmuran dan Sudra untuk pekerjaan jasmaniah. Dalam mantra Yajurveda XXX.11 dinyatakan Brahmana Varna diciptakan dari kepala Brahman, Ksatriya dari lengan Brahman,Vaisya dari perut-Nya dan Sudra dari kaki-Nya Brahman. Jadi semua Varna itu diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keempat Varna ini memiliki kemuliaan yang setara. Hal ini dinyatakan dalam mantra Yajurveda XVIII.48 untuk memanjatkan puja kepada Tuhan Yang Maha Esa, Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra sama-sama diberikan kemuliaan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Keempat Varna itu akan mulia kalau sudah mentaati swadharmanya masing-masing.
Dalam Bhagavadgita IV.13 dan XVIII.41 dengan sangat jelas dan tegas bahwa untuk menentukan Varna seseorang didasarkan pada Guna dan Karmanya. Guna artinya minat dan bakat sebagai landasan terbentuknya profesi seseorang. Jadinya yang menentukan " Varna" seseorang adalah profesinya bukan berdasark-an keturunannya. Sedangkan Karma artinya perbuatan dan pekerjaan. Seorang yang berbakat dan punya keakhlian (profesi) di bidang kerohanian dan pendidikan serta bekerja juga di bidang kerohanaian dan pendidikan itulah yang dapat disebut ber "varna" Brahmana. Demikian juga orang yang dapat disebut ber varna" Ksatriya adalah orang yang berbakat dan punya keakhlian di bidang kepemimpinan dan pertahanan. Orang yang berbakat di bidang ekonomi dan bekerja juga dalam bidang ekonomi ialah yang dapat disebut Vaisya. Sedangkan orang yang hanya mampu bekeda hanya dengan menggunakan tenaga jasmaninya saja karena tidak memiliki kecerdasan disebut Sudra.
Menurut Manawa Dharmasastra X.4 dan Sarasamuscaya 55 hanya mereka yang tergolong Brahmana, Ksatriya dan Vaisya Varna saja yang boleh menjadi Dvijati (pandita). Sudra tidak diperkenankan menjadi Dvijati karena mereka dianggap hanya mampu bekerja dengan mengandalkan tenaga jasmaninya saja, tanpa memiliki kecerdasan. Dvijati harus memiliki kemampuan rohani dan daya nalar yang tinggi, oleh karenanya Swadharma seorang Dvijati adalah sebagai Adi Guru Loka atau Gurunya masyarakat. Namun untuk mendapatkan tuntunan kitab suci Veda semua Varna berhak dan boleh mempelajarinya termasuk Sudra Varna. Hal ini ditegaskan dengan jelas dan tegas dalam mantra Yajurveda ke XXV.2.
Vama seseorang tidak dilihat dari sudut keturunannya, misalnyakebrahmanaan seseorang bukan dilihat dari sudut ayah dan ibunya, meskipun ayah dan ibunya seorang pandita atau rsi yang tergolong ber "Varna" Brahmana, belum tentu keturunannya menjadi seorang Brahmana, seperti halnya Rawana, kakeknya, ayah dan ibunya, adalah rsi yang terpandang, namun Rawana bersifat raksasa. Prahlada di dalam kitab Bhagavata Purana disebut sebagal anak dari raksasa bemama Hiranya Kasipu, namun Prahlada adalah seorang Brahmana sangat taat beragama meskipun ia masih anak- anak. Varna seseorang tidak ditentukan oleh keturunannya ini dijelaskan dengan tegas dalam kitab Mahabharata XII. CCCXII,108 bahwa ke "Dvijati"an seseorang tidak ditentukan oleh ke "wangsa"annya (nayonih), yang menentukan adalah perbuatannya yang luhur dan pekerjaanya yang memberi bimbingan rohani kepada masyarakat.
C.Menegakkan sistem Catur Varna.
Untuk mengembalikan sistem Catur Varna dalam masyarakat Hindu di Indonesia haruslah ditempuh langkah-langklah sbb:
1.Umat Hindu harus diajak secara bersama-sama untuk menghilangkan adat-istiadat keagamaan Hindu yang bertentangan dengan ajaran Catur Varna, khususnya dan ajaran agama Hindu pada umumnya. Hal ini dilakukan melalui berbagai "metode pembinaan umat Hindu" yang telah ditetapkan dalam Pesamuan Agung Parisada Hindu Dharma Indonesia tahun 1988 di Denpasar yang terdiri dari : Dharma Wacana, Dharma Tula, Dharma Gita, Dharma Sadhana, Dharma Yatra dan Dharma Santi.
2.Dalam kehidupan beragama Hindu umat diajak untuk tidak membeda-bedakan pandita dari segi asal kewangsaannya. Seorang pandita dapat "muput" (memimpin) upacara yang dilaksanakan oleh umat tanpa memandang asal-usul keturunannya. Umat Hindu dididik dengan baik untuk tidak membeda-bedakan harkat dan martabat para pandita Hindu dari sudut asal " Wangsa"nya.
3.Dalam persembahyangan bersama saat "Nyiratang Tirtha"(memercikkan air suci) umat diajak untuk membiasakan menerima "Siratan Tirtha" (percikkan air suci) dari Pamangku atau Pinandita. Ada sementara umat menolak dipercikkan Tirtha oleh Pamangku pura bersangkutan. Hal itu umumnya karena menganggap Pemangku itu Wangsanyalebih rendah dari umat yang menolak dipercikan Tirtha itu. Sikap seperti itu jelas menggunakan sistem Wangsa yang melecehkan swadharma seorang Pemangku.
4.Sistem penghormatan tamu Upacara Yajna atau Atithi Yajna dalam suatu Upacara Yajna janganlah didasarkan pada sistem Wangsa, artinya jangan tamu dalam upacara yajna dari Wangsa tertentu saja mendapatkan penghormatan adat, bahkan kadang-kadang ada pejabat resmi yang patut mendapatkan pengerhonnatan yang sewajarnya, didudukkan ditempatkan yang kurang wajar dalam tata penghormatan itu.
5.Umat Hindu hendaknya diajak untuk melaksanakan upacara yajna pawiwahan yang benar, seperti kalau ada pria yang mengawini wanita yang berbeda wangsa pada saat upacara "Matur Piuning" di tempat pemujaan keluarga pihak wanita, seyogyanya kedua mempelai bersembahyang bersama.
6.Pandita seyogyanya tidak menolak untuk "Muput" upacara "Pawiwahan" (perkawinan) karena mempelal berbeda wangsa.
7.Dalam hal Upacara Manusa Yadnya "Mepandes" (Potong Gigi), orang tua sepatutnya tidak membeda-bedakan putra-putrinya yang disebabkan oleh perkawinan berbeda wangsa.
8.Tidak seyogyanya seseorang yang akan di-Dwijati / di-Abiseka kawin lagi hanya karena istrinya yang pertama dari wangsa yang berbeda.
9.Perkawinan yang disebut kawin nyerod harus dihapuskan
10.Upacara adat Patiwangi harus dihapuskan sejalan dengan hapusnya tradisi Asumundung dan Karang hulu oleh Dewan Pemerintah Bali Tahun 1951.
11.Pemakaian bahasa dalam etika moral pergaulan antar wangsa, sepatutnya saling harga-menghargai agar jangan menimbulkan kesan pelecehan terhadap wangsa lainnya.
Demikian Bhisama ini ditetapkan untuk memberikan tuntunan kepada umat Hindu demi tegaknya supremasi nilai-nilai agama Hindu di atas adat-istiadat. Dengan demikian adat-istladatpun akan tetap terpelihara dengan dasar kebenaran ajaran agama. Hendaknya umat Hindu tetap memelihara adat yang menjadi media penyebaran kebenaran Veda yang disebut Satya Dharma.
Ditetapkan di : Mataram, NTB
Pada Tanggal : 29 Oktober 2002
Dharma AdhyaksaWakil Dharma Adhyaksa
Ida Pedanda Gede Ketut Sebali Tianyar ArimbawaIda Pandita Mpu Java Dangka Suta Reka
Source :   Parisada

SANGGAH PEMRAJAN




1. Sanggah Pamerajan berasal dari kata : Sanggah, artinya Sanggar, = tempat suci; Pamerajan berasal dari Praja = keluarga. Jadi Sanggah Pamerajan artinya = tempat suci bagi suatu keluarga tertentu. Untuk singkatnya orang menyebut secara pendek : Sanggah, atau Merajan. Tidak berarti bahwa Sanggah untuk orang Jaba, sedangkan Merajan untuk Triwangsa. Yang satu ini kekeliruan di masyarakat sejak lama, perlu  diluruskan, Sanggah Pemrajan pelinggih utamanya adalah Kemulan :

Yang distanakan di kemulan untuk dipuja bukanlah Dewa tetapi Pitara yang telah mencapai alam Dewa, oleh karena itu disebut Dewa Pitara. Fungsi Merajan Kemulan sebagai tempat Sang Hyang Atma disebutkan dalam beberapa lontar sebagai berikut :
……. ngarania ira sang Atma, ring Kamulan tengen Bapanta nga Sang Paratma, ring Kamulan kiwa ibunta ngaran sang Siwatma, ring Kamulan madia raganta, atma dadi meme bapa ragane mantuk ring dalem dadi Sang Hyang Tunggal nunggalang raga …..
artinya:
……namanya beliau Sang Atma, pada Kemulan kanan sebagai Bapa adalah Paratma, pada Kemulan kiri sebagai ibu namanya Siwatma, pada Kemulan tengah wujudnya adalah sang atma, menjadi ibu bapa pada wujudnya Sanghyang Tunggal mempersatukan diri.
Penjelasan yang hampir sama disebutkan pada Lontar Usana Dewa sebagai berikut:
Ring Kamulan ngaran Ida Sang Hyang Atma, ring Kamulan tengen bapa ngaran sang Paratma, ring Kamulan kiwa ibu ngaran Sang Siwatma, ring Kamulan Tengah ngaran raganya, tu Brahma dadi meme bapa maraga Sang Hyang Tuduh.
Artinya:
Pada kemulan nama Beliau adalah Sang Hyang atma, di Kemulan sebelah kanan adalah linggih Paratma adalah Bapak. Di Kamulan ruang sebelah kiri adalah linggih Siwatma adalah Ibu, di Kamulan tengah ada wujudnya Brahma menjadi Ibu Bapak yang berwujud Sang Hyang Tuduh.
2. Sanggah Pamerajan, ada tiga versi :
a. Yang dibangun mengikuti konsep Mpu Kuturan
b. Yang dibangun mengikuti konsep Danghyang Nirarta
c. Kombinasi keduanya.
2a. : Yang mengikuti konsep Mpu Kuturan (Trimurti) maka pelinggih yang letaknya di ‘hulu’ (kaja-kangin) adalah pelinggih Kemulan (Rong Tiga, Dua, Satu), tidak mempunyai pelinggih Padmasana/Padmasari.
2b. : Yang mengikuti konsep Danghyang Nirarta (Tripurusha), maka pelinggih yang letaknya di ‘hulu’ (kaja-kangin) adalah pelinggih Padmasana/Padmasari, sedangkan pelinggih Kemulan tidak berada di Utama Mandala.
2.c. : Yang kombinasi, biasanya dibangun setelah abad ke-14, maka pelinggih Padmasana/Padmasari tetap di ‘hulu’, namun disebelahnya ada pelinggih Kemulan.
Trimurti, adalah keyakinan stana Sanghyang Widhi sesuai dengan Ang – Ung – Mang (AUM = OM) atau Brahma, Wisnu, Siwa, adalah kedudukan Sanghyang Widhi dalam
posisi horizontal, dimana Brahma di arah Daksina, Wisnu di Uttara, dan Siwa di Madya.
Tripurusha, adalah keyakinan stana Sanghyang Widhi sesuai dengan Siwa – Sada Siwa – Parama Siwa, adalah kedudukan Sanghyang Widhi dalam posisi vertikal, dimana Parama Siwa yang tertinggi kemudian karena terpengaruh Maya menjadilah Sada Siwa, dan Siwa.
Yang mana yang baik/tepat ?
1. Menurut keyakinan anda masing-masing.
2. Namun ada acuan, bahwa konsep Mpu Kuturan disebarkan di Bali pada abad ke-11. Konsep Danghyang Nirarta dikembangkan di Bali sejak abad ke-14, berdasarkan wahyu yang diterima beliau di Purancak/Jembrana.
3. Jadi menurut pendapat saya, memakai kedua konsep, atau kombinasi a dan b adalah yang tepat karena kita menghormati kedua-duanya, dan kedua-duanya itu benar, mengingat Sanghyang Widhi ada dimana-mana, baik dalam kedudukan horizontal maupun dalam kedudukan vertikal.
Namun demikian tidaklah berarti Sanggah Pamerajan yang sudah kita warisi berabad-abad lalu dibongkar, karena dalam setiap upacara, toh para Sulinggih sudah ‘ngastiti’ Bhatara Siwa Raditya (Tripurusha) dan juga Bhatara Hyang Guru (Trimurti)
1. Sanggah Pamerajan dibedakan menjadi 3 :
a. Sanggah Pamerajan Alit (milik satu keluarga kecil)
b. Sanggah Pamerajan Dadia (milik satu soroh terdiri dari beberapa ‘purus’ (garis keturunan)
c. Sanggah Pamerajan Panti (milik satu soroh terdiri dari beberapa Dadia dari lokasi Desa yang sama),
2. Pelinggih di Sanggah Pamerajan (SP) :
a. SP Alit : Padmasari, Kemulan Rong Tiga, Taksu
b. SP Dadia : Padmasana, Kemulan Rong Tiga, Limas Cari, Limas Catu, Manjangan Saluang, Pangrurah, Saptapetala, Taksu, Raja Dewata.
c. SP Panti = SP Dadia ditambah dengan Meru atau Gedong palinggih Bhatara Kawitan.
Palinggih-palinggih lainnya yang tidak teridentifikasi seperti tersebut diatas, disebut ‘pelinggih wewidian’ yaitu pelinggih yang berhubungan dengan sejarah hidup leluhur di masa lampau, misalnya mendapat paica, atau kejumput oleh Ida Bhatara di Pura lain, misalnya dari Pura Pulaki, Penataran Ped, Bukit Sinunggal, dll, maka dibuatkanlah pelinggih khusus berbentuk limas atau sekepat sari. Pada beberapa SP sering dijumpai
pelinggih wewidian ini jumlahnya puluhan, berjejer. Namun disayangkan karena leluhur kita di masa lampau terkadang lupa menuliskan riwayat hidup beliau, sehingga keturunannya sekarang banyak yang tidak tahu, pelinggih apa saja yang ada di SP-nya.
Pelinggih-pelinggih umum yang terdapat di Sanggah Pamerajan adalah stana dalam niyasa Sanghyang Widhi dan roh leluhur yang dipuja :
1. Padmasana/Padmasari : Sanghyang Tri Purusha, Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Siwa – Sada Siwa – Parama Siwa.
2. Kemulan rong tiga : Sanghyang Trimurti, Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Brahma – Wisnu – Siwa atau disingkat Bhatara Hyang Guru. Ada juga kemulan
rong 1 (Sanghyang Tunggal), rong 2 (Arda nareswari), rong 4 (Catur Dewata), rong lima (Panca Dewata)
3. Sapta Petala : Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai pertiwi dengan tujuh lapis : patala, witala, nitala, sutala, tatala, ratala, satala. Sapta petala juga berisi patung naga sebagai symbol naga Basuki, pemberi kemakmuran.
4. Taksu : Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Bhatari Saraswati (sakti Brahma) penganugrah pengetahuan.
5. Limascari dan limasctu : Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai ardanareswari : pradana – purusha, rwa bhineda.
6. Pangrurah : Sanghyang Widhi sebagai manifestasi Bhatara Kala, pengatur kehidupan dan waktu
7. Manjangan Saluwang : pelinggih sebagai penyungsungan Mpu Kuturan, mengingat jasa-jasa beliau yang meng-ajegkan Hindu di Bali.
8. Raja-Dewata : pelinggih roh para leluhur (dibawah Bhatara Kawitan)

Wednesday, February 9, 2011

Pedoman Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan



Pedoman Perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan

1. ACUAN
  1. Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu disyahkan PHDI Pusat.
  2. Kidung Panji Amalat Rasmi
  3. Lontar Purana Bali Dwipa
  4. Lontar Sri Jayakasunu
  5. Lontar Sundarigama
2. TUJUAN
Perayaan Galungan dan Kuningan bertujuan mengingatkan umat Hindu agar senantiasa memenangkan dharma dalam kehidupan sehari-hari.
Dharma adalah kecenderungan Trikaya parisuda yang disebut sebagai Dewa Sampad, sedangkan kebalikannya, yaitu Adharma adalah kecenderungan sifat dan prilaku keraksasaan atau Asura Sampad.
Sanghyang Tiga Wisesa berwujud sebagai Bhuta Dungulan, Bhuta Galungan dan Bhuta Amangkurat adalah symbol Asura Sampad yang ada dalam diri setiap manusia, yaitu kecenderungan ingin lebih unggul (Dungul), kecenderungan ingin menang dalam pertikaian (Galung), dan kecenderungan ingin berkuasa (Amangkurat).
3. RANGKAIAN UPACARA
  1. Tumpek Wariga. Memuja Sanghyang Sangkara, memohon agar semua tumbuh-tumbuhan subur dan berbuah lebat. Upacara dipusatkan di kebun, sawah dan Sanggah Pamerajan.
  2. Coma Paing Warigadean. Memuja Bhatara Brahma, memohon keselamatan diri. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
  3. Wraspati Wage Sungsang (Sugihan Jawa). Mensucikan Bhuwana Agung. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
  4. Sukra Kliwon Sungsang (Sugihan Bali). Mensucikan Bhuwana Alit. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan, dan melaksanakan tirtha yatra.
  5. Redite Paing Dungulan (Penyekeban). Anyekung jnana sudha nirmala, menggelar samadhi menguatkan tekad memenangkan dharma. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
  6. Coma Pon Dungulan (Penyajaan). Menguatkan samadhi melawan pengaruh-pengaruh Asura Sampad. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
  7. Anggara Wage Dungulan (Penampahan). Jaya prakoseng prang, memenangkan Dewa Sampad. Upacara mabeakala bagi seluruh keluarga dan memasang penjor diluar pekarangan rumah.
  8. Buda Kliwon Dungulan (Galungan). Memuja Ida Sanghyang Widhi atas asung wara nugraha-Nya memberi kehidupan dan perlindungan bagi umat manusia. Upacara dipusatkan di Pura, Sanggah Pamerjan dan tempat-tempat suci lainnya.
  9. Wraspati Umanis Dungulan (Manis Galungan). Melakukan dharma santi, saling mengunjungi keluarga dan sahabat serta saling maaf memaafkan. Di malam hari terus menerus sampai dengan Sukra Wage Kuningan selama 9 (sembilan) malam melakukan samadhi Nawa Ratri, berturut-turut memuja Bhatara Iswara, Mahesora, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, Wisnu, Sambu, dan Tri Purusha (Siwa, Sada Siwa, Parama Siwa).
  10. Saniscara Pon Dungulan (Pemaridan Guru). Ngelungsur upakara Galungan, membersihkan Sanggah Pamerajan dan metirtha yatra.
  11. Redite Wage Kuningan (Ulihan). Memuja Bhatara dan Leluhur menstanakan di pelinggih masing-masing. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan.
  12. Coma Kliwon Kuningan (Pemacekan Agung). Nyomia Sanghyang Tiga Wisesa. Upacara di halaman rumah dengan mecaru alit.
  13. Budha Paing Kuningan. Pujawali Bhatara Wisnu. Upacara di Sanggah Kemulan.
  14. Saniscara Kliwon Kuningan (Kuningan). Memuja Ida Sanghyang Widhi dan Roh Leluhur mohon senantiasa berada di jalan dharma. Upacara di Sanggah pamerajan sebelum jam 12 siang agar getaran kesucian dan kekuatan Dewa Sampad merasuk kedalam diri kita.
  15. Buda Kliwon Paang (Pegatuakan). Memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasi-Nya sebagai Sanghyang Suksma Licin. Upacara dipusatkan di Sanggah Pamerajan. Mencabut penjor.
4. PENJOR
  1. Penjor adalah upakara yang wajib disertakan pada setiap hari raya Galungan, mulai ditancapkan pada Anggara Wage Dungulan dan dicabut pada Buda Kliwon Paang.
  2. Makna penjor: Ucapan terima kasih kepada Bhatara Maha Meru yang telah memberikan pengetahuan dan kemakmuran kepada umat manusia.
  3. Kelengkapan dan arti symbol-symbol:
    • Sebatang bambu sebagai symbol keteguhan hati untuk berbhakti kepada Ida Sanghyang Widhi.
    • Hiasan berbentuk bakang-bakang sebagai symbol Atarva Veda
    • Hiasan berbentuk tamyang sebagai symbol Sama Veda
    • Hiasan berbentuk sampyan sebagai symbol Yayur Veda
    • Hiasan berbentuk lamak sebagai symbol Rg Veda
    • Pala gantung, pala bungkah dan kain putih-kuning sebagai symbol kemakmuran dan kecukupan sandang-pangan-perumahan
    • Ubag-abig sebagai symbol kekuatan dharma
    • Sanggah cucuk untuk menempatkan sesaji berupa tegteg daksina peras ajuman
  4. Cara memasang penjor:
    Sebelum penjor ditanam, lobang galian agar disucikan dengan banyuawang kemudian didasar lobang diletakkan kwangen dengan uang logam11 kepeng. Juntaian ujung penjor mengarah ke “teben”, yaitu Barat (Pascima) atau Kelod (untuk di Buleleng, arah ke Utara/ Uttara) sehingga sanggah cucuk yang diikatkan di penjor menghadap ke “hulu”, yaitu Timur (Purwa) atau Kaja (untuk di Bulleng, arah ke Selatan/Daksina). Penjor ditancapkan disebelah kiri pemedal rumah/Sanggah Pamerajan/ Pura. Setiap hari penjor di haturi canang burat wangi.
  5. Cara mencabut penjor:
    Semua hiasan penjor dibakar, dan abunya dimasukkan kedalam lobang bekas penjor, kemudian diletakkan sebuah takir berisi bubur susuru (tepung beras, madu, susu dan tiga helai padang lepas digodok menjadi bubur). Setelah itu lobang ditimbun tanah. Bambu bekas penjor dapat digunakan untuk keperluan lain.

5. GALUNGAN NADI
Adalah Galungan yang bertepatan dengan Purnama. Rangkaian upacaranya sama dengan Galungan biasa, tetapi jenis upakaranya setingkat lebih tinggi. Galungan Nadi lebih diistimewakan karena diberkahi oleh Sanghyang Ketu, sebagaimana halnya perayan Galungan pertama pada tahun 804 Saka yang bertepatan dengan Purnama sasih Kapat.
6. GALUNGAN NARA MANGSA
Adalah Galungan yang bertepatan dengan Tilem sasih Kapitu atau Tilem sasih Kesanga. Disebut sebagai hari “Dewa mauneb bhuta turun”. Pada hari Galungan Nara Mangsa upakara yang disebut tumpeng Galungan ditiadakan, diganti dengan caru nasi cacahan dicampur keladi. Tidak memasang penjor, tetapi upacara lainnya tetap dilaksanakan.

Tuesday, February 8, 2011

SILSILAH PUTIH MAYONG

Om Awighnamastu Namosiddham,

Terlebih dahulu, kami haturkan pengaksama mohon maaf sebesar-besarnya kehadapan Ida Hyang Parama Kawi-Tuhan Yang Maha Esa serta Batara-Batari junjungan dan leluhur semuanya. Agar supaya tatkala menceritrakan keberadaan para leluhur yang telah pulang ke Nirwana, kami terlepas dari kutuk dan neraka.

Juga agar tidak terkena malapetaka dari Ida Sang Hyang Saraswati, semoga kami semuanya serta keluarga dan keturunan kami mendapatkan keselamatan, kesejahtraan sampai kelak dikemudian hari di dunia ini.

Om Siddha rastu, Om Ksama sampurna ya namah swaha.



Presasti Ugra Putih Mayong puniki kaikut saking pretatwa
Kajangkepin antuk daging tutur-tutur minakadi :
Lontar Wana Sunia Tatwa
Lontar Tri Lingga Tatwa
Lontar Pra Arya Tatwa
Lontar Bwana Tatwa
Lontar Maya Tatwa
Lontar Menga Pura Tatwa
Maka sami lontar punika sat maka daging presasti Lontar Maya Tatwa ke bawos.


  • Teki Babad Maya Tatwa
Ainggih Iratu pamiarsa sinamian, sane jagi katur tan tios sane  mawasta Presasti Maya Tatwa.
  • Tan len
Nenten wenten tios ri sajeroning daging dhyane.
  • Ida Brhamana Ugra Putih Mayong
Sugra pakulun ri pamargin Ida sane maparab Ida Brahmana Ugra Putih Mayong,
  • Om Awigenam astu nama sidhiem
Ainggih Iratu paduka Betara mapawayangan siwa sada siwa prama siwa.
  • Peki lingga tangan Ida Peranda Sakti Bawu Rawuh.
Asapunika taler prasasti puniki kasurat antuk Ida Sasuhunan titiang Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh.
  • Ing Daha Kediri
Irika ring jagat Daha Kediri Jawi.
  • Weda pingit…………….
Inggih unika weda rauh no lontar no ke te
  • Pa tikaning pengaksamaning ulun
Ainggih Iratu Betara Nawegang atur pangaksaman titiang.
  • Ri Paduka Betara Yang Yang ning Mami
Inggih kadi Ratu paduka Betara merga yang yang ning yang titiang maka sami.
  • Sang ginelar sari sarining aji
Minakadi Iratu paduka betara unteng daging sari sarining sastra maka sami.
  • Kara tatwa mantra modre weherliah sirata
Asapunika taler Iratu mungguh ring tutur utawi aksara modre sumusup ring sajeroning jagate sami.
  • Anugrah ikang rat ing jana
Taler iratu mapakardi kerahajengan jagat rauh ked aging nyane sami.
  • Ana mur weak sang wus lepas
Diastu sane wenten tan wenten Iratu muputang maka sami.
  • Luputing mami ring wahya kamidin
Asapunika pidabdab mapakardi becik tan mari-mari.
  • Papa werjribah werdia pat taka
Diastu melarapan papa neraka tan surud titiang nunas ring Iratu.
  • Tan ke taman upadrwa
Dumogi Iratu ledang nagingin tan mapiduka.
  • De sang mami wastu pari purna
Ring para treh sentanan titiang maka sami sida ngemangguhang kerahajengan kerahayuan.
  • Anugraha ayuning dirga yusa
Sangkan paswecan paduka Betara titiang sida panjang yusa sareng sami.
  • Kateheng kula gotra kabeh
Asapunika astiti baktin titiang setereh cucu buyut titiange maka sinamian.
  • Mastu dig jagat ditaya
Tan tios iriki ring jagate sane dahat sengka.
  • Pasang tabe iasta karo wus lamia
Banget titiang nunas pangampura ri sajeroning pelaksana sane sampun langkung.
  • Dening mukti ganti ya ning carita
Dwaning iwang patut ring sajeroning pamargi setata munggah ring kecaping tatwa.

  • Munggwing yang aji Saraswati
Punika pastika pisan tan pacing lenyok Ida Sanghyang sastra sane pacing mawosang.
  • Mung alingganing sabrang melayu be rah kropak
Napi malih sane sampun munggah ring daging lontar.
  • Ana alingganing sabrang melayu presasti maya tatwa
Sane sampun kalinggihang ring lontar presasti sane kawastanin Presasti Maya Tatwa.
  • De Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
Sane kaparipurnang antuk Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh.
  • Yatikaning ring wana srama Brahmana Ugra Putih Mayong
Duk sakewantene wana sraman Ida Sang nanak Ida Brahmana Ugra Putih Mayong.
  • Rikang warsa surya, sata, rasa, mangana sadpada
Duk punika sawetara tahun, yan tan iwang tahun 1485 pasti.
  • Kunang ikang Bwana tana paran-paran
Sane mangkin bawosang jagate dak punika suwung tan pejiwa.
  • Hiya juga rahasia jenana yang maya kadiangganing sarira tana
Sangkan kapingitan pekayun Ida Betara Manik Maya ngemit manik urip jagate.
  • Ana sira ana kapinging ira
Dwaning kalangkung pingit antuk Ida ngemit.
  • Ri sakweh sarwa buta iking pala nia
Irika aris ngawetwang genjong jagate serahina.
  • Pa rikang bwana kunang awang-awang
Punika mawinan jagate suwung tan pekanten.
  • Sirata yang baskara jenek ikang purwa
Sakewanten Ida Betara Surya sane kantun malinggih kangin
  • Kalewarira sira kala rau rikang purwa pwa ya
Nanging setata Ida ngardi peteng jagate sami Ida sangkala rau.
  • Tunggil ya ro sida kandap nginggil
Dwaning genahe asiki kalinggihin sareng kalih sami pada nganggehang kasidian.
  • Rikang pahcihma windu tana jenek
Ring genahe kawuh tan wenten sane ngalinggihin.
  • Muang pa juga rikang daksina Rajia ngaran
Sakewanten ring genahe sane kelod kebawos.
  • Ya Brahma yang Wisnu rikang jenek satunggal
Ida Betara Brahma sareng Ida Betara Eisnu malinggih dados asiki.
  • Rikang madia natar ana dewania
Ring genahe ditengah tan wenten Dewannyane.
  • Yang manik maya witaning utara rajia
Dwaning Ida Betara Siwa Ida malinggih ring genahe kaler.
  • Kadiangganing tasik lawan giri sor rikang bahayu
Punika mahawinan jagate tan degdeg setata genjong.
  • Mapan katon semangkana
Dwaning kekanten setata asapunika
  • Siha cita nia Hyang Manik Maya
Dados serahina kangen kayun Ida Betara Siwa


  • Sida metu murka tan paingan
Irika aris tan pari wangde Ida Betara Siwa duka.
  • Angruntik haken yang surya lawan nira yang kala
Mangda mresidayang Ida Betara Surya sareng Ida Betara Kala tungkas sajeroning pikayun.
  • Dadia ya sida ayuda kang karo
Sayuakti nyusup pangindra jala Ida dados masiat sang kalih tan pejangkayang.
  • Sor luhur
Pada-pada sakti siate beten beduwur.
  • Nging telengin yuda kinamet yang kala
Risedeng rames siate keambil Ida Yang Kala antuk Ida Betara Siwa.
  • Pa aliwerakena pahcihma sigra sida jenek
Kaentungan ring genahe kawuh irika aris Ida sang kala dados langgeng jumenek.
  • Wit sang kala rau maring pahcihma
Sangkan wentene Ida Sang Kala Rau malinggih kawuh,
  • Ika ana kuncup kumbang
Punika mawinan aris wentene peteng lemah.
  • Ning yang manik maya
Mangkin bawosang Ida Betara Siwa sampun nyidayang ngardi peteng kalawan lemah.
  • Tan sida tunggal ring bwana
Taler kantun tan sida ngancengin jagat.
  • Mapan yang Brahma ke lawan yang Wisnu ring daksina Raja tunggal
Sane mahawinan dawning Ida Betara Brahma lan Betara Wisnu ring genahe kelod malinggih dados asiki,
  • Ika marmanira sarwa manik rikang Bwana tan nadi
Nika mahawinan sarwa lumetika sami puceh tan wenten mresidayang hidup.
  • Sigra mawali murka ira yang manik maya ing ira
Irika aris malih duka Ida Betara Siwa ring sang kalih ngadu Ida Betara Brahma lan arin nyane Ide Betara Wisnu.
  • Mapan Yuda nira kaka ari tan sinipi
Dados mayuda sang kalih tan pejangkayang pada-pada tan wenten kalah kelawan menang.
  • Muang kotamanikang Darma yang manik maya
Dwaning pekayun Ida Betara Siwa mangde sida negdegang jagate.
  • Dadi sida yang wisnu alingganing utara
Dados mresidayang Ida Betara Siwa ngenahang Ida Betara Wisnu ring genahe kaler.
  • Ya sida yang manik maya alingganing ikang madianing Bwana
Irika aris Ida Betara Siwa malinggih ring tengah dados pancer jagat.
  • Ika sida yukti ketamanikang Dharma ning Bwana
Irika aris mabukti kawinanan Ida Betara Siwa Mecikang jagate tur sida taler mecikang sarwa mauripe ring jagate.
  • Dadiata sida yang manik maya awar ring yang Pertiwi
Irika wawu sida Ida Betara Siwa atemu ring Ida Yang Ibu Pertiwi.
  • Kunang ikang ya metu yang siwa guru
Sajeroning patemon Ida yang manik maya lan yang pertiwi dados medal Ida Betara Siwa Guru.


  • Lawan waneh ring helet ring wana muang ring pringga
Dwaning ring jagate sampun sami dados merta alas utawi mentig sami ngaledangin pikayun.
  • Salwiing daha hetu metu ira yang Betara Pasupati
Sekancan mauripe sami nadi jagate irika aris medal Ida Betara Pasupati.
  • Alingganing Ira ing Giri Mahameru Rajia
Nanging linggih Ida tan tios irika ring Gunung Mahameru.
  • Mapan tikang Ibu Pertiwi akswan ing Pasupati
Nanging yan pertiwi taler masusupan ring Ida Betara Dewi Danu Pati.
  • Ika sigra angarad-ngarad amintonin mahameru Rajia
Tan tios pacing ngoda kelanggengan linggih Ida
  • Alingganing kukus petak ateja lumajeg ing angkasa
Ngeragayang andus putih mulus jegjeg rauh kelangit
  • Sigra yang Betara Pasupati angeseng maring daksina Rajia
Irika Ida yang Betara Pasupati nandingin saking teja kelod jagate.
  • Dasi tan sida yang Pasupati
Nanging merasa kasor Ida Betara Pasupati nandingin anduse sane nyelegjeg rauh ke langit punika.
  • Pa ametu teja amuter
Tur ngemedalang warna marupa mendahan ngilehin pekayun Ida Betara Pasupati nyantos tan oling ring kayun.
  • Mapan murka ira tan paingan
Irika aris Ida Betara Pasupati kalengkung duka.
  • Ing warsa ya abad
Tan tios duk punika ring abad
  • Surya lan Swa
Yan tan iwang abad solas (11) punika
  • Mawali yang Pasupati Akswa
Irika aris malih Ida Betara Pasupati anglebar pasa.
  • Sida awor ring kang kukus
Dados kapanggih ring sajeroning awor sujatinyane, dawning Ida merasa enteg kaliput antuk anduse sane putih punika.
  • Apastu lamakane
Dados kupastu satmaka cirri Ida teguh mancerin jagat.
  • Dadi wana kerta kawat
Irika aris kawastanin akas kerta kawat
  • Muang aleswa kukus petak ing akasa
Taler anduse putih punika masesepan saking langite.
  • Lina tan sida awor yang Pasupati
Tur ical tan kantun ngaliput angga Ida Betara Pasupati.
  • Murka amastu ira lamakane anadi wanahlet pulaki
Dados malih Ida Betara Pasupati Duka mastu genahe punika mangda dados alas hlet Pulaki utawi predana.
  • Nging ta wit wana rikang teja katon rikang Mahameru
Nanging alase sangkan pakardin Ida setata kacingak ngendih saking linggih Ida Irika ring gunung Mahameru.

  • Hiya apastu aken dadi wana Bangsul
Taler endihe setata barak irika aris kawastaning jagat Bangsul.
  • Irika bwana katibeng andrawang-andruwung
Selami Ida Betara Pasupati malinggih ring gunung semeru setata jagat Bangsul embak-embuk utawi terk lan sayah.
  • Mapan rasa siha ira yang Pasupati.
Irika merasa kangen kayun Ida Betara Pasupati ngantenang jagat Bangsul, utawi panjake nandang lara.
  • Sigra lascarya ira
Dados matetelas kayun Idane
  • Angepel madianing giri Semeru
Nyompang bangkiang gunung semerune.
  • Kinaga taksaka amambur ri akasa
Kesarengin antuk ki naga taksaka ngeberang ring langite.
      *    Rikang Giri Semeru alingga aken ing ersanianing Nusa Bangsul
            Dwaning tanah gunung semerune punika pacing kagenahang ring kaja kangin jagat bangsule.
  • Muang tungtungnira ing sasak
Tur tanah muncuknyane kagenahang ring Lombok.
  • Hiya Giri Rinjani ngaran
Kawastanin aris Gunung Rinjani
  • Ika ring warsa ertali ing ling sadpada
Tan tios ring warsa kirang langkung 27
  • Hiya sida metu ing nusa Bangsul
Irika aris makweh nyaihin Gunung tanah semerune utawi sampun kawastanin Gunung Agung.
  • Giri Batukaru Bratan Lempuyang pa Andakasa
Wenten gunung Batukaru, wenten gunung Bratan utawi Lempuyang lan Andakasa.
  • Tohlangkir giri gunung Agung anama
Sedurunge gunung Agung kawastanin taler gunung Tohlangkir sane nguni.
  • Ya alingga ira Hyang Geni Jaya
Taler parahyangan Ida Betara Geni Japa,
  • Juga ira yang tumuwuh ing giri Batukaru.
Asapunika taler Ida Betara tumuwuh malinggih ring gunung Batukaru.
  • Beratan lingga ira Hyang Manik Kumawang
Ring gunung Beratan Ida Betara manik Kumawang malinggih.
  • Giri Andakasa Ira Hyang Betara Tugu
Tale ring gunung Andakasa Ida Betara Tugu sane ngawasayang.
  • Ing Surya Gadung, swa ikang rundah
Caritayang mangkin ring tahun 1324 sakewentene ring jagat Bangsul.
  • Kadigjayan ira Dalem Maya Denawa tan paingon
Kesaktian Ida Dalem Maya Denawa tan petanding ring jagat Bangsul akedatwan ring Beda Ulu.
  • Hiya sida amuter Dewa muang manusia
Karasa watek Dewa tan purun napi malih manusa.



  • Sira Balanira Bali Aga
Tur pengabih-pengabih nyane panak bali aga.
  • Tuhu Dewa ring angga
Sami ngemanggehang dewek nyane satmaka Dewa
  • Ika marmanira Bali akeneng kali uga
Dwaning asapunika pemargine irika aris Bali katempuh kali sane patut tan kepatutang.
  • Ri sampun Ida Resi Markandia amendem Tridatu
Irika aris rauh Rsi Markandia ke Bali masang pedagingan sane kebaos tri datu ring paryangan Besakih Tohlangkir.
  • Ing warsa, candra boma sata erna
Duk punika tahun 1340 yan sawetarayang.
  • Tanana sida ya
Tan taler pari purna jagate.
  • Mapan ana sira Dalem Maya Denawa angerugada
Dwaning setata Ida Dalem Maya Denawa ngarusak.
  • Ika sama watek Dewa pemantuka maring swarga
Nika mawinan Baline kerasa suung dawning para Dewane sami mantuk ke swargan.
  • Irika ira Betara Pasupati eling ring Giri Semeru.
Irika aris Ida Betara Pasupati mapikayun saking Gunung Semeru.
  • Ya anitah aken
Raris kapenikayang Putra idane.
  • Ya Geni Jaya angrejek sang nateng Mayadewa
Sane maparab Ida Betara Geni Jaya ngrejek sang Raja Maya Denawa.
  • Sigra juga tumedun ira resing langit
Taler ka sarengin antuk para Dewa utawi resi langite.
  • Muang Dewa Sanga makabehan
Utawi dewa nawa sangane Ide menyarengin
  • Alingga ing tungtunging adnyana
Sami pada malinggih ring sajeroning pikayun.
  • Muang aleswa maring telingin senjata
Sami malancub maring tungtunging senjata.
  • Sigra pejah sira Dalem Mayadenawa
Irika aris seda sang Raja Maya Denawa.
  • Ika pancadatu ginaweakna rikang Bali Pulina
Irika malih kakaryanin panca datu kadi pedagingan jagat Bali Pulinane.
  • Ika Bangsul ya Bali
Punika jagat Bangsule kapuputang antuk wali wit punika kabawos BALI.
  • Sida tibeng amangguh kerta
Punika aris jagat Bali amanggih sukertan.
  • Ya tika makweh Bale jambe Dwipa ngawe jenek ing Bali
Sajeroning kerta jagat Baline makweh panjak Jawa rauh ke Bali ngarereh genah.




  • Ika marmanira Bangsul pa Bali wit Bala
Punika mawinan bangsul ke baos Bali, Bali mawit baos Bala.
  • Ya kudang warsa Bali tunggil ing jambe Dwipa
Ceritayang mangkin akudang tiban sampun Bali masikian ke jagat Jawa.
  • Ing warsa surya geni buluh krimi
Yan sawetarayang duk tahun 1343 duk nguni.
  • Murka Ida Danghyang Sidhi Mantra abelah rikang bwana
Duka Ida Danghyang Sidi Mantra, Dwaning makweh Bala Putra Ida ne tulak wali tan manut swadharma irika aris kapegatang jawa kalawan Bali.
  • Manjing ira we segara tan paingon
Selami toya pasihe munggah ngantos jagate dados segara.
  • Wit ika belah ing Bwana
Sangkan punika pegat jagat Bali kelawan Jawa.
  • Ya dadi segara rupek
Punika mawinan kabawos segara rupek.
  • Sangkan wit atemajanira Ida Bagus Manik Angkeran
Dwaning saking wiwilan putrannyane sane maparab Ida Bagus Manik Angkeran.
  • Ri wus ika Bali nginggil tan paingon
Ri wus punika Bali sayuakti kasohor tan petanding.
  • Nuang Bali Pulina sampun kaenter satriyeng Jambe Dwipa
Dwaning Bali sampun kapari titah antuk satrya saking Jambe Dwipa Jawa.
  • Mawil sang nateng majapahit
Mawit saking putran Ida Sang Raja Majapahit.
  • Pa sida warih ke warih angenter Bali
Kawosang mangkin pan kudang keturunan sampun dados raja ring Bali.
  • Ri sira pemadegan Ida Dalem Waturenggong
Caritayang mangkin Raja Bali Ida Dalem Waturenggong.
  • Bali pulina anemu kedigjayaan ke Jambe Dwipa
Rikala punika Bali kebengongang antuk jagat Jawane.
  • Ring warsa sata buluh, gedong ikang muka
Tan tios punika ring tahun 1460
  • Ika punika Ida Dang Hyang Niratha jumujug ing Nusa Bali.
Duk punika Ida Danghyang Niratha pacing ngungsi nusa Bali.
  • Wus kesah saking kedaton Blangbangan
Irika aris Ida Danghyang ninggal jagat Blangbangan.
  • Mapan sida runtik lawan sira Dalemjuru
Mawit saking polih singsal ring Ida Dalem Juru.
  • Ceritanen ri lampah ira Danghyang Niratha
Bawosang mangkin pamargin Ida Danghyang Niratha.
  • Ya angungsi rikang Nusa Bali
Pekayun Ida pacing ke jagat Bali
  • Apanjut waluh kile
Ri sajeroning ngalintangin segara ngalinggihin waluh keli.



  • Apepareng temajanira
Taler kairing antuk putran-putran idane sami.
  • Sapta jalu-jalu
Sami maka papitu (7) sareng ke jagat Bali.
  • Wit tikang Tri Ibu
Pepitu punika tan tios mawit pamijilan 3 Ibu.
  • Nging suta nira mawit saking Daha Kediri
Bawosang mangkin putrane maibu saking Daha Kediri.
  • Adasa nama nira
Sane maparab tan tios
  • Ida Brahmana Ugra Kulon
Tabe pekulun Iratu sane maparab Ida Brhamana Ugra Kulon.
  • Muang yayinia Wadu anama Ida Ayu Melanting
Tur arinnyane maparab Ida Ayu Melanting.
  • Lawan hiya kang bapa Ida Danghyang Niratha
Mangesir pejalan jukunge, sangkan keadnyanan Ida I aji Ida Dang Hyang Niratha.
  • Muang nanak nia pat diri mawit kalih Ibu
Nanging putra ne malih patpat mawit saking kalih ibu.
  • Hiya alinggihing prau sumampan bocor
Irika ring praune sane medaging sampan nanging prau punika bocor.
  • Ritelenging Ida Dang  Hyang Niratha
Caritayang sampun doh ring tengahing samudra pemargin Ida Danghyang Niratha.
  • Lan nanak Ida Ugra Kulon
Kairing antuk putran idane sane maparab Ida Ugra Kulon
  • Tambis-tambis pejah rikang telengin samudra
Mehmehan emasin seda Ida maka sami ka upak-apik antuk toyan segarane.
  • Muang sampun sida tumedun ing tepining samudra Bali.
Sangkaning matetelas pikayun idane, nyeneng utawi seda, jeg tan merasa saget sampun rawuh ring tepi pesisi jagat Bali.
  • Irika Danghyang Niratha kelem sukunia apenggel
Aris Ida tedun saking jukunge, nanging tan merasa Ida, jeg meclempung cokor idane leb apgelangan.
  • Sigra uruh Danghyang
Irika Ida Danghyang sampun uning ring sipta.
  • Nusa Bali cinging kang Dewa
Ring sakewentene jagat Bali tan dados kaungkulin.
  • Irika aris Danghyang Niratha lan sutania Ida Ugra Kulon
Dados mapikayun-kayun Ida Danghyang Niratha sareng putrane maka sami mengaksi palinggihan    idane I waluh kele.
  • Sumaya lawan panjut I waluh kele
Kerasa sayang kapiolasang I waluh kele, irika aris Ida ngaruntuhang bawos utawi janji.
  • Teki sumaya pingit……………….
Yan tan abresih, tan madwijati sampunang ngelamuk.



  • Duh yang Siwa sengkara
Ainggih I Ratu Betara Siwa sane ngardi sarwa mauripe.
  • Sigra ingsun lawan nanaku Ugra Kulon
Presida sampun kadi pangaptin titiang, rauhing pianak titiang Ida Ugra Kulon.
  • Tan kejamah dening kepatian lampahku
Kantun titiang maurip se ameniki pemargin titiange.
  • Yang Kala, yang Bruna, yang Segara, tan wani ing waluh kele
Sangkan I Ratu Yang Kala, yang Baruna, yang Segara olas asih nulungin ipun I waluh kele.
  • Waluh Kele yang yang ning Pertiwi
Dwaning I Waluh Kele meperaga yang Ibu Pertiwi memen titiange.
  • Juga saking kita
Taler saking wit leluhur titiang maka kalih I Ratu.
  • Sada ingsun amangguh cita
Sida I Ratu nuntun tur sampun medaging kadi manah titiange.
  • Jahta semat
Dumadak dumadik
  • Sidi mandi sabdaku
Napi bawos titiange sida nyusup tur sumanggup.
  • Denku katekeng trehku tan amangan kita
Minakadi titiang rauh sentana riokas tan pacing nunas I waluh kele.
  • Pan amurung
Sapa sira sane langgah utawi ngelamuk.
  • Lamakane keneng pala dia
Mangda keni buah pakardin nyane.
  • Labta tek menget
Ingetang eda ngengsapang.
  • Teka langgeng
Pagehang pesan bebratane eda pesan obah,
  • Teka urip
Sinah sida maurip tur panjang yusa.
  • Lah poma jeng
Ne bekal sinah mabukti pesan
  • Menget temen
Tuturang nyen ring sentana ne riokas.
  • Laju ira waluh kele ike anyut ing tengahing samudra
Raris kambang anyud I waluh kele joh apeliat di tengah pasihe sampun, ngantos tan kecingak.
  • Sigra Danghyang Ida munggah maring pantaran Nusa Bali
Irika aris Ida Danghyang Niratha memargi ngungsi palemahan jagat Bali.
  • Sama-sama lawan sestri muang panak dia makabehan
Sinarengan sareng rabin idane, rauh putrane maka sami.
  • Ikang wong-wong Nusa Bali anyurang Danghyang Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh
Sami panjak-panjak Baline marabang Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh.



  • Mapan saking adnyanan nira Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh
Dwaning sunar kasucian Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh tan bawosang malih.
  • Angelaraken aji swa siksaning bwana
Pastika pisan Ida sampun ngayunin pakibehan hahab jagat.
  • Kerta Kawat
Nika mahawinan, Ida tangkil ring lingga Betara ring Kerta Kawat, kaping riin angge entegang sajeroning pikayun.
  • Pemuteran Rumuhun
Taler tan tios ring lingga Ida Betara ring Pemuteran pacing angge mapidabdab pikayun ring sajeroning jagat Bali.
  • Kisah ing jenekira alinggih Danghyang Ing Luhur Pulaki
Wus punika wawu Ida malinggih ring blet Pulaki
  • Karasa ring wong angemit parahyangan.
Rasa senglad linggih Ida, rekantenang antuk sang sane ngemit parahyangan punika.
  • Rasa luhure ring linggih
Kekantenang rasa tegehan linggih Ida ring Palinggih.
  • Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh
Kadi linggih Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh.
  • Ika wong angemit umatura
Irika aris sang pakemit parahyangan umatura
  • Singgih sang Tamui
Ainggih I Ratu Sang Wawu Rawuh.
  • Yan ana wong napak Bali
Sapa sira ugi sane mapayun napak jagat Bali.
  • Yan semangkana tana nemu lasya pala nia
Yan tan asapunika sinah tan pacing rahayu pemargine
  • Tana panjang karenga dina Ida Pedanda Sakti
Dados asapunika piseken aturnyane kapireng antuk Ida Pedanda Sakti.
  • Sida Ida aninut taken
Irika aris Ida ngemargiang kadi atur I pekemit purane.
  • Sigra palinggihe anemu ka woran
Durung puput pujan Idane memargi saget pelinggihe katibeng karubuhan.
  • Ika aris iwong nunas urip pala nia
Irika aris I pekemit makesyab tur nunas urip pangampura risajeroning atur nyane.
  • Parahyangan Desa Pulaki dadi Parahyangan Purancak.
Irika aris Ida Pedanda Sakti angredana utawi kagentos periangan punika dados parahyangan Purancak.
  • Jenek linggih Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh
Ring genah nyane Ida Pedanda Sakti malinggih kawastanin aris
  • Ya tana waneh Pulaki Luhur
Tan wenten tios tur pastika pisan kabawos Pulaki Luhur.



  • Yan akudang warsa lampah Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh
Ceritayang mangkin akudang warsa pemargin Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh.
  • Sida katemu dania Gua magung
Saget kacingak wenten goa mageng pisan
  • Nanging goa ika ulu amangan mangsa
Nanging goa punika tan tios lalipi sane sampun dados naga metapa anggang nyunganggal ngarad merta.
  • Sigra Ida Pedanda Sakti Umanjinge maring goa ika
Irika sahasa Ida Pedanda Sakti ngeranjing ke tengah goane.
  • Riwus ira ana ring weteng sang naga
Sesampune Ida wenten ring tengah goane, merasa wenten ring tengah basing nagane.
  • Hiya katon merik tunjung risedeng kumbang
Tur wenten ambu miyik pisan rauh saking bungan tunjunge sane nedeng kembang.
  • Dadia premangke ira salin rupa
Sesampune bunga tunjunge punika kagambel jeg premangku matiosan bawan idane.
  • Arupa ireng tan katon rupan sang Bapa
Selem dedet tan kantun kadi jati mula.
  • Ika nanak ira makabehan
Irika aris tekejut putrane maka sami.
  • Lumakwa tan paran-paran
Sahasa melaib tan karwan-karwan.

  • Caritanen nanakira kang karo Ida Ugra Kulon
Caritayang putra ne kekalih pamekas Ida Ugra Kulon
  • Muang yayi nia Ida Diah Ayu Melanting
Utawi arinyane sane maparab Ida Diah Ayu Melanting
  • Belah lampah ira lawan Ugra Kulon
Belas pemargine sareng rakan nyane Ida Ugra Kulon.
  • Dadia Ida Ugra Kulon
Dados nyane Ida Ugra Kulon
  • Atunggal lampah ira ke lapu-lapu
Ngeraga pemarginyane tan karwan-karwan.
  • Yan akudang pal lampah ia Ida Ugra Kulon
Kerasa sampun kudang kilo pemarginnyane Ida Ugra Kulon
  • Ya mawit daha Kediri Ibu nia
Putra mawit Ibunia daha Kediri kabawos
  • Rasa manastapa cita nira tan pangan
Sajeroning pemargi setata maselselan kayun idane.
  • Dadia ayasa ira Ida Ugra Kulon rikang wana
Irika aris Ida Ugra Kulon meyasa ring tengah alase.
  • Riasue yasan ira Ida Ugra Kulon tan sida amangguh sadia
Ngantos mekelo Ida meyasa nenten taler Ida ngamalihang sadia.



  • Mapan kerasa wana ika agentura tan paingan
Irika aris medal duka kayun Ida Ugra Kulon tan pejangkayan.
  • Dadia kapastu jenek ika
Dados premangkin kapastu genahe punika.
  • Mogi-mogi lamakane kang wana
Ih iba alas dumadak iba ri okas.
  • Yata ana wong jumenek
Yan prade ada anak nongosin
  • Sida anama tanah gredeg
Wake ngadanin iba tanah gredeg.
  • Tanah ingar pretiwi
Dwaning itanah peragayang gumi.
  • Pertiwi ingaran Ibu
Gumi ngeragayang imeme
  • Gredeg yata Ibu tan sida umasiha
Magejeran setata obah punika mahawinan kabawos tanah gredeg.
  • Ika aris Ida Brahmana Ugra Kulon ninggal tanah Gredeg.
Wus punika memargi aris Ida Brahmana Ugra Kulon matinggal saking tanah Gredeg.
  • Kisah saking tanah gredeg
Sesampune Ida ninggal tanah gredeg punika.
  • Rasa sepi sania cita nira
Merasa sepi kayun Idane
  • Rasa-rasa tan sida lumakwa
Tur merasa tan sida ngelanturang pemargi.
  • Rikang telenjenging Bwana
Sajeroning ngaliwatin alase punika
  • Sepi nia tan katon paran-paran rikang bwana
Sayuakti sepi minab tan wenten buron ring jagate.
  • Dewa tana gumasiha ri sira Ida Brhamana Ugra Kulon
Asapunika taler para dewane tan pisang nulung Ida Brahmana Ugra Kulon yn Kesayang Ida.
  • Ri telenging Ida manas tapa
Ri sedek Ida maselselan
  • Sigra Ida amastu jenek ika
Kapastu aris genahe punika.
  • Andi karang suwung
Apanga riokas madan utawi dadi karang suwung
  • Karang ingaranan jenek
Sangkan karang y mula tongos patut kegenahin
  • Suwung ingaran sepi
Nanging sajeroning karang punika sepi minab tan wenten sane nuwenang.
  • Ika aris karang suwung katinggal
Sah tan pepamit Ida Ugra Kulon ninggal karang suwung punika.




  • Yan akudang pal lampah ira Brhamana Ugra Kulon
Yan kudang rahina sampun Ida Brhamana ugra Kulon memargi tan karwan-karwan.
  • Ya lumakwa nandang lara
Lan setata Ida sebet nyelsel raga.
  • Menget ring yayi nia Diah Melanting
Taler Ida eling ring arinyane Ida Diah Melanting
  • Muang tan sida acunduk ing sang Bapa
Meh-mehan semakelon Ida ne nyeneng sing bakal sida kepanggih Ida Iaji.
  • Dadia kanggek Ida Ugra Kulon
Dados makesiab tekejut Ida Ugra Kulon.
  • Mapan rasa makweh dating
Mirib-mirib liu ada anak bakal teka.
  • Ya tana waneh
Yan tan iwang kadi pengrasan Idane
  • Dedemit
Memedi, jin mirib bakal teka
  • Wong samara rikang wana ika
Sayuwakti pisan wong gamang sane nuwenang alase punika teka.
  • Juga bipraya amejah Ida Brahmana Ugra Kulon
Sah asa nagih nyedayang Ida Brahmana Ugra Kulon
  • Mapan nuan nia ira manjing ing wana ika tan pesadu
Dwaning tan wenten bawos Ida Brahmana Ugra Kulon ngaliwatin alase punika,
  • Irika Ida Ugra Kulon
Dados nyane Ida Brhamana Ugra Kulon.
  • Sigra aris kala buta dademit wong samara ika
Irika aris watek babutane memedi ya iwang gamang
  • Sawa nia pemantuke maring jeneknyane soang-soang
Telas pablesat melaib tan pesawa ngalih tongos nyane soang-soang
  • Angungsi sunia maya
Ngungsi umah nyane ring niskala.
  • Irika aris jenek ika kaparisuda saking adnyana
Irika aris genahe punika kaparisuda ring sajeroning adnyana.
  • Lamakane jenek ika
Dumadak tongose ane ene
  • Anama umah maya
Apang dadi ri okas madan tongos umah maya.
  • Umah ya jenek
Umah punika kabawos tongos utawi genah
  • Watek samara-samar
Genah umah watek memedi, jin, samara, utawi kabutan
  • Maya sida mulih kasunia
Punika sayuaktine ganahe sane tenget tan kepanggih sane ngruwenang.



  • Ika wana kaswarang predesa umah maya
Sesampune suwe-suwe alas punika kabawos aris predesa umah maya
  • Kesaj saking umah maya
Sepeninggal Ida Brahmana Ugra Kulon saking umah maya.
  • Rasa sampun anemu sadia
Rasa ical sebet idane ngancan binger.
  • Saking cita manastapa
Kayun Idane tan kantun maselselan.
  • Sampun sida siha ring angga
Sampun mresidayang malih ngemargiang pasucian raga
  • Sad rasa sampun mulih maring angga
Asapunika taler maring sajeroning swadarmaning agama sampunmawali malih ring telenging pikayun.
  • Mapan kerasa ana katon
Rasa medal ring pikayun Idane
  • Mapan ana kerasa prepeka ana katon jenek
Dwaning kerasa nampek pacang mangguh genah
  • Ika aris jenek sira
Tandoh saking genahe irika sungsut kayun Idane kepah saking pikayun peteng dados galang apadang kerasa.
  • Ida Ugra Kulon Epah Rasa
Ring genahe irika Ida Ugra Kulon nimbalan pikayun sungsut kelara-lara.
  • Ya kapari suda
Kapastikayang genahe itika aris
  • Anadi predesa poh asem
Kawastanin predesa poh asem
  • Poh yata saking pah
Poh punika saking buah pedum saking kelaran.
  • Lara sida anemu sadia
Saking dahat lara Ida mangguh sadia
  • Asem ya wit rasa
Sangkan pelaksana utawi pemargi sida ngerasayang panes tis.
  • Selampah laku sida anemu jenek
Semekelone pemargi sinah pacing manggih genah.
  • Ri kesah Ida Ugra Kulon
Ri sepeninggal Ida Brahmana Ugra Kulon
  • Saking poh asem
Saking predesa poh asem punika
  • Saget katon taru magung
Raris kacingak wenten kayu ageng pisan
  • Atungtung tinggal luhur nia
Apeliat tegeh nyane


  • Muang sida angerembyak
Rob tan kadi-kadi tur carag nyane mangerembyak nyapuh jagat.
  • Nyapu ikang pretiwi
Meledped rauh ke tanahe
  • Nging taru ika
Sakewanten tarune punika.
  • Acampang tri tana olih
Mecanggah telu tan wenten malih
  • Juga rikang dalu
Nanging ring sajeroning wengi tarune punika.
  • Ametu geni ateja wilis
Setata ngendih tur sunarannyane nerudu kapikanten
  • Amatek ke akase
Nyelegjeg rauh ke langite
  • Sigra aris
Irika aris Ida mapikayun-kayun
  • Ida Ugra Kulon kanggek ring sor taru ika
Ida Brahmana Ugra Kulon mararean ring batan tarune punika
  • Hiya sida angincep adnyana
Aris Ida ngincepang pikayun
  • Alinggih apadmasana
Tur melinggih mesila sana Ida Brahmana Ugra Kulon
  • Muang anguncaraken weda penghening adnyana
Tur kadulurin antuk weda pangastuti pengening pikayun
  • Sigra sida anglepas aji catur pangikut bwana sandi
Irika aris Ida nunggalang sane kabawos aji catur pengeret jagat
  • Irika aris pageh yasan ira Ida Ugra Kulon
Punika mahawinan tan oboh yasan Idane, Ida Brahmana Ugra Kulon
  • Asasi lama ira Ida Ugra Kulon
Nyantos asasih laminnyane Ida Ugra Kulon
  • Asemadi ing sor taru ika
Atapa brata semadi ring beten tarune sane magung punika
  • Mapan langgeng yase ira
Dwaning kalangkung pageh piyasan Idane
  • Ana karenga sabda mantara
Dados wenten kapireng sabda ngawang-ngawang
  • Sabda pingit………………tan patut unggahang
  • Uduh kita Ugra Kulon
Uduh I Dewa-Dewa Ugra Kulon
  • Warihku kita engke
Sentanan bapa anaku buka I Dewa
  • Tuhu teguh citanta
Saking tuah langgeng yasan ceninge


  • Lamakane uruh ring angganta
Sakewala melahang malu ragan Idewane
  • Ayua kita manastapa
Nah eda pesan Idewa nyelsel raga
  • Teki kumpinta witta ning Hyang Pasupati
Bapa tuah sing ada len leluhur anake buka Idewa
  • Bipraya mincing ing sariranta teki
Anake buka kakiang bakal ngisinin kayun Idewane
  • Tunggal aken bayu sabdanta
Sakewala pastiang kayun Idewane malu
  • Muang tunggal aken pretiwi lawan akasa
Apang saja-saja kerasa atep tanah kelawan langite
  • Ike ya kita sida nemu siyu satus nemu gelang
Meduluran Idewa meangkihan siu satus mewanti-wanti
  • Angsuran kiwa tengen sida metu saking pungsed
Angsuran kiwa tengen Idewa apang sida medal saking pungsed
  • Teja netrata
Pengaleng penyingakan Idewane
  • Mulih maring karna kiwa tengen
Apang nyidayang nimbus karna maka dadua
  • Werdaya mulih ke werdaya
Pikayun Idewa apang sida ngyanin pikayun
  • Pati mulih ke sunia
Urip Idewane genahang ring genahe sane suwung
  • Ri wus mangkana delengta akeng netranta mangke
Irika aris cingakin sane cingakin Idewa
  • Sigra aris Ida Ugra Kulon
Pastika pisan Ida Ugra Kulon aris
  • Amangguh Ida Betara Manik Maya
Manggihin leluhur Idane, Ida Betara Siwa Guru
  • Puniki mantra pingit……………. e lontar
  • Ri wus puput Ida Ugra Kulon
Amenika swen ne Ida Brahmana Ugra Kulon
  • Anerima sabda Ida Betara Manik Maya Samangkana
Nunas paican kasidian Ida Betara leluhur
  • Sigra Ida alesua rikang sekala
Duk punika uning ring ragan Idane sujati
  • Irika aris Ida Ugra Kulon meraga aji maya-maya
Taler ida sampun pascat pisan ring aji matetengger
  • Saksana Ida Ugra Kulon
Irika aris Ida Ugra Kulon ngalungsur mapamit ring Ida paduka Betara
  • Amarisuda jenek yasa nira
Asapunika taler kadi genah linggih Idane


  • Hiya lamakane sida anadi predesa Mayong
Melinggih ring wana srama Mayong
  • Makweh wong dating aminta tidur aji
Dados makweh panjake rauh nunas ajah tur dewasa
  • Ana sampun siyu satak wong sida magura swadarmaning catur guru
Yan sawetarayang 1200 sisyan Idane tur wenten sane sampun presida ngamargiang swadarma agama
  • Irika aris Ida Ugra Kulon umawasa muang anyudi
Wenten aris pikayun Idane pacing nyelehin utawi ngarsang genah
  • Lamakne olih jenek lingganing yang menatar sor luhur
Mangda polih genah natar palemahan, parahyangan beten beduwur
  • Ri sampun olih rikang jenyananing cita
Sesampune polih kadi sepekayun Ida
  • Sigra Ida ira Ugra Kulon
Irika aris Ida Brahmana Ugra Kulon
  • Atangun lingganing Dalem Kerta
Nanglang palinggih sane kawastanin Pura Dalem Kerta
  • Lingganing meru tumpang solas (11)
Sane katangun tan tios meru tumpang solas (11)
  • Meru tumpang sia (9)
Taler meru tumpang sia (9)
  • Lan meru tumpang pitu (7)
Tur meru tumpang pitu (7)
  • Tan kasoran lawan lingganing Pangabih hiya
Tan tios taler kadi palinggih-palinggih penyada
  • Ring dina ikang upasa danta adi, kesanga ikang trak, rah sad, windu adi, tulak wali, surya karmila, surya, ertali, gadung kasturi, ing leng, ika Pura Dalem katangun.
Ring rahina galahe punika Pura Dalem Kerta punika katangiang
  • Ri wus puput rikang karya pawangunan
Ri sampun puput palinggihe maka sami katangun
  • Pura Dalem Kerta
Tan tios parahyangan Dalem Kerta
  • Ya yukti abukti wana srama mayong amangguh kerta
Sayuwakti pisan jagat Mayonge nemu landuh
  • Pala bungkah pala gantung tan kameran
Dwaning napi sane katandur mupu becik
  • Juga wadua pangan kinum tan kirang
Punika mahawinan panjak Mayonge tan kirang ajeng-ajengan
  • Nanging wana srama muang pradesa Mayong
Nanging sakawentene keluas utawi bawan wana srama lan predesa Mayonge,
  • Rasa tan peteja
Kakanten suwung mamung




  • Setata yang surya ketadah kala rau
Rauh Ida Betara Surya remrem nrudu serahina
  • Remrem rimrim ikang bwana sela mia lamya nia
Asapunika taler jagate remrem tan karwan-karwan
  • Irika aris ana cita nira
Dados wenten pekayun Ida
  • Ida Ugra Kulon anangun parhyangan
Brahmana Ugra Kulon malih namgun parhyangan
  • Ya tana len Dalem
Tan tios kayun Idane palinggih Dalem
  • Ya lingganing Dalem Pasupati
Raris tan tios sane katangun lingga Ida Dalem Pasupati
  • Sigra katangun Pura Dalem Pasupati jangkep
Irika aris katangun Pura Dalem Pasupati sane manut
  • Manut aksara aji
Sane sampun munggah ring kecaping sastra
  • Ring dina kepah maya guritna, tulak wali, tunggal windu, rah mampih bayu, windu adi, ya wali wars aula tula, ulu tunggal, warsa surya, buluh, muka ikang akasa, ika Pura Dalem Pasupati katangun.
  • Ya rikang Pendem
Taler kebawos Pura Pendem
  • Ya rikang Siwa
Dados taler Pura Siwa
  • Juga Hyang Panca Resi
Pance Resi taler pateh
  • Ya sama-sama Pasupati uriping jagat
Maka sami bawose punika tan tios Ida Betara Pasupati minekadi urip jagat
  • Ri sampun Pura Dalem Pasupati katangun
Sesampune Pura Dalem Pasupati punika puput
  • Rasa kurang cita nira Ida Ugra Kulon
Kantun taler kayun Ida Ugra Kulon merasa kirang
  • Apa marmadira semangkana
Napi mawinan kayun Ida asapunika
  • Ya rasa we danu tan sida nempuh lwah
Sehananing pamargi tan sida nemu pikayun
  • Ya lwah tan awor rikang segara
Asapunika taler upakara tan manut ring agama
  • Weda lupa ikang aji
Sehananing pemargi tan manut ring tutur utawi sastra
  • We segara tan sida mantuk maring danu
Pikayune sane patut sering punika tan kepatutang
  • Wadwa sisya tan waruh sor luhur
Panjak sisya Idane tan kantun ngemanggehang dresta agama

    


  • Ring endi tungtung bungkah
Encen punika patut gega encen tan patut kagega
  • Ike sawetaning lanang wadu agung alit wong-wong rikang mayong
Asapunika sakewentene pemargin pikayun panjak Mayonge lanang istri rauh ke alit-alit
  • Tan wuruh rikang kalingan
Setata tan uning ring dewek nyane
  • Ika aris apetik
Jeg wenten aketel
  • Cita nira Ida Ugra Kulon
Pikayun Ida Brahmana Ugra Kulon
  • Mapan Ida wikan ring aji swa siksa
Dwaning Ida uning ring penadosne kawon becik jagate
  • Uruh ikang nguni
Uning sane sampun langkung
  • Ya juga urah rikang layu
Taler Ida uning sane pacing rawuh
  • Sigra ana citra nira
Dados wenten pekayun Ida
  • Ya natan waneh Ida Ugra Kulon
Tan wenten tios punika Ida Brahmana Ugra Kulon
  • Atangun Pemrajan Agung
Pacang nangiang pemrajan Agung
  • Ring dina kalpa taru rebah tunggal wli, tunggal windu, rah sapta windu adi, tulak warsa ulu tula, ulu tunggal, warsa, surya, segara, dewa lan bomantaka : ika mrajan Agung katangun.
  • Ya Dalem Batur Sari
Taler punika Batur Sari
  • Ya Pura Gede
Pateh kebawos Pura Gede
  • Juga Pura Agung
Tan tios taler kebawos Pura Agung
  • Tana len Pura Alas Angker
Punika taler kabawos Pura Alas Angker
  • Muang Pura Batu Magereng
Pateh kabwos kadi Pura Batu Megereng
  • Ya juga tan len juga Pura Manik Angkeran
Taler punika pateh kadi Pura Manik Angkeran
  • Rasa suka tan pawali duka
Rasa tan rereh bagiane teka rawuh
  • Wong-wong Mayong makabehan
Panjak sisya Idane maka sami
  • Santer kang worta wana srama Mayong amangguh kawibawaan
Tur maamburan ortane jagat Mayonge enteg malih.



  • Ika aris Ida Ugra Kulon muang wadua sisya
Irika aris Ida Brahmana Ugra Kulon mededauhan ring para sisya panjake.
  • Ananggung swa raja karya agung amanca wali karma ing parahyangan makabehan
Dwaning Ida pacing nanggung karya agung amemungkah agung amanca wali karma ring pura-pura sami.
  • Juga santer rikang warta Ida Ugra Kulon
Samaliha makweh panjake mawosang Ida Sang Brahmana Ugra Kulon.
  • Kasohor Brahmana Panditha putusing putus swa darma
Sampun manggeh ring sajeroning pandita putusing putus pari indik swa darma.
  • Muang macihna para kala-kali
Tur mabukti pisan ring para kala-kaline
  • Buta penuja
Utawi ring para buta panuja.
  • Samar, dedemit tan sida angregada ikang karya
Sangkan macihna pisan para samara, memedi, jin tan purun ngarusak karya
  • Mapan maamburan ikangworta ing predesa
Dwaning asapunika sakewentene bawose ring margi-margi
  • Dadia karenga de ira sang Bapa.
Dados kapireng antuk Ida Iaji
  • Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
Tan tios punika Ida Iaji Ida Pedanda Sakti Wawu Rawuh.
  • Sajeroning lampah ira ing jagat Bali
Sesampune Ida ngider bwana ring jagat Bali
  • Ika ira meangen-angen bipraya amintonaken siapa Brahmana teki
Taler wenten pikayun Ida pacing netes, sapa sira sayuaktine Brahmana sane kasub punika.
  • Ri wus swa Raja Karya
Ri sampun puput karyane
  • Sigra dating sira sang Bapa
Dados rawuh Ida Iaji
  • Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
Tabe pakulun Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
  • Tan len ring wana srama Mayong
Jeg sampun wenten ring wana srama Mayong
  • Umawos rikang karya
Ngaksi genah pemargin karyane
  • Dadia kanggek Ida Pedanda Sakti ing cita
Dados merasa bengong Ida Pedanda Sakti ring sajeroning kayun
  • Mapan katon kang nanak Ugra Kulon
Dwaning kraksi punika putran Idane sane kabawos wikan ring sajeroning kapanditaan
  • Asrama muang muput swa raja karya ing Mayong
Tur sampun madruwe linggih taler muputang swa raja karya ring sajebag Mayong
  • Ika atanya kang nanak
Irika aris katakenang Ida Ianak
  • Ida Ugra Kulon
Ri sapari indik sake wentene Ida
  • Sapulah palih kang karya.
Taler katakenang ring sapari indik karyane
  • Muang swa darma ning kepanditaan
Pamekas risan ring swa darmaning sang putus
  • Rikang putusing aji
Sakewantene tatwek-tatwek kecaping sastra
  • Juga weda weda ning weda
Taler ri sapari indik daging weda weda gagelarang Ida sami
  • Ya tui tutur darma jati
Asapunika taler ring pari indik tutur tatwa sane manggehing ring ke darman
  • Irika aris kang nanak
Ri wus atetes asapunika antuk Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh.
  • Ri jeng sang bapa
Ring ajeng Ida Iaji
  • Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
Tan tios tabe pakulun Iaji Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
  • Aminta lamakane tan keneng migrahaning ala
Taler Ida nunas pangampura agung mangda tan keni tulah
  • Ya rijeng sang bapa
Ring linggih paduka aji lelangit titiange
  • Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
I Ratu Guru Nabe titiang paduka I Ratu
      *    Duh paduka Dang Guru
            Mawali malih titiang matur ring Guru Nabe
  • Rikang nanak aminta urip
Ring sajeroning titiang matinggal sane mangkin titiang nunas urip
  • Ana citan nanak anangun karya muang pasraman teki
Wentene titiang nangun swa raja karya utawi pesraman boya titiang purun ungkul-ungkul ring paduka I Ratu.
  • Lamakane kang bwana anemu kerta
Sangkan manah titiang tambet ngastitiang jagate mangda rahayu
  • Muang wit karya
Sangkan mejalarang karya puniki pengaptin titiang
  • Sida ana worta kang jana
Mangda sida ngawentenang orta ring jagate
  • Wita worta sida anemu aworing wit tunggal treh makabehan
Ring sajeroning orta sida titiang matemu sareng semeton titiang maka sami
  • Semangkana swa citan mami dang Guru tana waneh
Asapunika manah titiang tan wenten tios Iratu, paduka Guru Nabe Iratu.
  • Wus karenga de dang Guru Ida Pedanda Sakti.
Sesampune kapireng antuk Ida Iaji atur Ida Ianak setata tetl ring tata susila suputra
  • Muang Ida Sang Nabe
Irika aris Ida Iaji Ida Pedanda Sakti

  • Anugrah aksara pingit rikang nanak
Micayang aksara-aksara pingit ring nanak Ida tur pangandikane alus banban
  • Akasara modre pingit……………….
  • Irika sang nanak Ida Ugra Kulon
Aris Ida sang nanak Brahmana Ugra Kulon
  • Atitah angawe
Kapanikang ngaryanin nenten tios
  • Panglukatan Sapta Timira
Panglukatan pabresihan 7 tirta
  • Ya wit polih panugrahan Ibu Pertiwi
Dawning Ida Ugra Kulon sampun polih panugrahan Ida Hyang Ibu Pertiwi
  • Presida Ida Ugra Kulon angawe sapta sumur wekang muncrat
Irika aris Ida Ugra Kulon ngredana pitung semer sane toyane presida muncrat
  • Ya sanjiwani
Kapertama tirta Sanjiwani
  • Kamandalu
Kaping 2 tirta Kamandalu
  • Juga Pawitra
Kaping 3 tirta Pawitra
  • Apprelina
Sane kaping 4 tirta Prelina
  • Amerta Yukti
Kaping 5 tirta Amerta
  • Ya Pamarisuda
Taler kaping 6 tirta Pamarisuda
  • Ya ika sida sida purna
Sane kaping 7 tirta sida Purna
  • Juga tri sida karya tana eaneh kamimitan kapi twi
Taler sane dados pamuput sehananing yadnya wantah tirta presasti
  • Ikang Dalem Solo
Patut taler nunas ring Dalem solo
  • Dalem Maduhura
Patut taler ring Dalem Madura nunas
  • Ya Betara dalem Matwa
Patut taler nunas ring Dalem Matwa
  • Dadia sigra Ida sang Nabe
Dados premangku Ida Guru Nabe
  • Ida Pedanda Sakti Bawu rawuh
Taler tan tios Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
  • Ya paweha busana swa darma kepanditan
Ida micayang busana utawi eteh-eteh Sang Sulinggih
  • Kasukserah jangkep
Kapicayang sane sampun genep



  • Muang kang nanak Ida Ugra Kulon
Raris Ida Sang nanak Ugra Kulon
  • Ya aganti puspata
Ida kagentosin aris parab
  • Ya tanana waneh adasa nama Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Nenten tios maparab Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
  • Ri wus puput Ida Brahmana Ugra Putih Mayong teki
Ri sampune puput katunas paicane maka sami
  • Anerima panugrahan Ira Sang Bapa
Saluiring piceket-piceket Ida Iaji
  • Kagiat dating
Saget wenten anak rawuh
  • Ira tana waneh
Punika tan wenten tios.
  • Yagi nia Ida Ayu Melanting
Pastika pisan arin nyane sane maparab Ida Ayu Melanting
  • Ya sampun prapteng maring pesraman
Jeg sampun kacingak wenen ring pesraman
  • Mayong ngaran
Ring pesraman Mayong kabawos
  • Ika katon de sire Sang Bapa Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
Taler sampun kacingak antuk sang aji Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
  • Ida Ayu Melanting kaabih dening sisya samara muang daga digi
Putrin Idane ni Diah Ayu Melanting kairing antuk wong samar utawi para buta-buti.
  • Sigra Ida Sang Bapa Mojara
Irika aris Ida Iaji mangandika
  • Ri Ira Ayu Melanting
Ring putrin Idane Ida Diah Melanting
  • Buh kita Ayu Melanting
Nah uduh cening-cening I Dewa Ayu Melanting Idewa
  • Wawu kita prapteng engke
Mara anake buka Idewa sida rauh mai
  • Bapak uruh ring kauruhan ta
Sakewala Bapa suba uning kapining kepradnyanan Idewane
  • Kita siha lawan wong samar
Idewa twah mula sihin wong-wong samar
  • Bapan ta tekisampun kapendak
Sakewala sing nyen makelo aji sida matemu kapining Idewa-cening, dawning aji suba ada anak mendak
  • Da sira pakriyan na patih
Tuah sing ada len dane pakriyan I Patih




  • Ya teki tana len
Ento tuah sing ada len cening
  • Ki Yagi Dauh Bale Agung
Ane kabawos Ki Yagi Dauh Bale Agung
  • Ya ta pangabih dalem Waturenggong
Twah patihandel sang Raja Bali Ida Dalem Waturenggong
  • Sang dating Bali
Sane ngawasayang jagat Baline
  • Nging ayua kita tumut
Nah ane jani da cening ngiring Aji
  • Abih kakang ta engke
Kemit nyen belin Idewane dini
  • Bapa alungguha ing niskala mangke
Bapa bakal mrelinayang Idewa tongos ditu di sunia maya
  • Teki 40 sisya kita rumaksa awor lawan wong samar
Nah ene sisya 40 ane bakal ngiring cening patuh bakal keto buka sisyan ceninge cara I wong samar
  • Muang kita Ugra Putih Mayong
Nah I Dewa Ugra Putih Mayong I dewa
  • Juga 40 diri kita rumaksa
Patuh pada 40 Idewa nganggo sisya dini di sekala
  • Semangkana sejar ira Ida Pedanda Sakti
Asapunika pangandikan Ida Iaji Ida Pedanda Sakti
  • Sigra aris Ida Ayu Melanting kapralina
Wus puput bawosw tan kekanten saget Ida Ayu Melanting sampun lina
  • Alingga aken ring lingganing Melanting
Tur linggih Ida tan tios ring lingganing Melanting
  • Sama-sama lawan sisya ira paweha makabehan
Kairing antuk sisyan Idane maka sami
  • Nanging kita nanak Ugra Putih Mayong pengenekena
Sakewala Idewa Ugra Putih Mayong ingetang pesan nyen
  • Lingganing Dalem Kerta kemimitan kawitan kapi twi engke
Ento lingga Dalem Kerta twah kamimitan kawitan ane twah saja
  • Juga yan ta mulih anyudiata mulih ke Pulaki Luhur
Yan prada Idewa seda riokas ditu nyen I dewa ngayah ring Pulaki Luhur
  • Ya teki mulih maring kepretiwi
Yen prada nyen mapendem, utama ento kbawos satmaka kaempu kapining imeme/utawi ngayah ring pakawitan.
  • Semangkana sejar Ida Sang Nabe
Asapunika piceket Ida Iaji Sang Nabe
  • Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
Tabe pekulun Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh




  • Lawan Ida sang nanak
Kairing antuk sang nanak taler tan wanti-wanti Ida nunasang
  • Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Ida Brahmana Ugra Putih Mayong ring tata sapari indikan ngemargiang agama
  • Sigra aris Ida Sang Bapa
Ida Iaji Pedanda Sakti pacing ninggal pesraman Mayong, jagi ngungsi jagat sane ke apti.
  • Caritanen yang kudang warsa ri sepentinggal sang Bapa
Mangkin bawosang yan akudang warsa sampun swene Ida Pedanda Sakti ninggal pesraman
Mayong.
  • Rumaket pwa sira Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Sayuakti gilik tur ngalimbak ri sajeroning pamargin Ida Ugra Putih Mayong
  • Ya pepareng lawan sisya nia 40 diri sisya sekala
Atur ayah utawi subaktinyane sane 40 diri sisya sekala punika
  • Mwang makweh wong ler bukti aminta pamarisuda pamuput
Asapunika taler panjak-panjak sane tyosan nunas pamuput sahaning karya
  • Tan ana waneh wong Grogag, Yeh makecir, Toya mampeh, Banyu wedang, Temu poh, Seririt, Banjar,Kayu Putih, Suka Sada, Asah Gobleg, Patemon, Bungkulan, Sulanyah, Tangun Wisia, Padang Mula,Polo Kencana, Banjar Sari, Pengastulan, Sangsit, Bungkulan.
  • Ika sisya Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Amenika makweh nyane sisyan Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
  • Ika ikang buanaamangguh kerta seler bukit
Asapunika sakewentene jagat ngamangguhang sukertan seler bukit
  • Mapan Ida Ugra Putih Mayong yukti kasohor
Sangkan Ida kasungsung ring para panjake maka sami
  • Ida setata angelaraken Sang Panditaning Darma putus
Dwaning ring jagate tan wenten tios wantah Ida kewantesane ngelarang Darmaning Pandita Putus.
  • Ika marmanira ikang rwana tan akineng sasab merana jagat
Asapunika mahawinan jagate doh ring sajeroning merana
  • Muang rabi Ni Manik Mas
Sangkan aturan saking subakti Ki Bandesa Mas
  • Sida atemaja
Sampun sida ngawentenang putra
  • Ida Brahmana Mas
Sane maparab Ida Brahmana Mas
  • Muang rabi saking daksinaning Ki Gusti Ngurah Sindu
Bawosang mangkin rabine sane no 2 sane alitan aturan saking subakti Ki Gusti Ngurah Sindu
  • Adasa Nama
Tan wenten tios parab nyane
  • Ni Gusti Ayu Wedang
Pastika maparab Ni Gusti Ayu Wedang
  • Muang sida sampun atemaja
Taler sida sampun ngawentenang putra



  • Ya tana waneh
Tan tios punika
  • Ida Brahmana Putih Mayong
Sane maparab Ida Brahmana Putih Mayong
  • Juga suta nia kang karo
Sajeroning putra ne maka kalih punika
  • Sama kaadnyanan kadi kang Bapa
Pateh kawikanan nyane kadi Ida Iaji Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
  • Pasaat ikang tutur jati
Seneng ngulik sastra utawi tutur aji
  • Puja weda tan kasorang lawan kang Bapa
Weda japa mantra sampun kapikayun maka sami
  • Ika marmanira Ida Brahmana Mas
Punika mahawinan putra ne Ida Brahmana Mas
  • Lan Ida Brahmana Putih Mayong
Lan ari ne Ida Brahmana Putih Mayong wit pada tios ibu
  • Setata ineman de sang Bapa
Pateh antuk Ida nyayangan putra ne maka kalih
  • Tana len Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Antuk Ida Iaji Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
  • Tucapa akudang warsa rikang Bali katinggal ring Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
Mawali mangkin bawosang sampun wenten atiban jagat Baline katinggal antuk Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh.
  • Juga sampun ana maring sasak
Kadi wartan ne Ida sampun wenten maring Sasak
  • Muang Sumbawa
Utawi ring jagat Sumbawa
  • Sigra Bali tan pasamudana katempuh dening kali
Dados tan pekrana jagat Bali keni kali yuga
  • Ri pemadegan I Gusti Agung Maruti ing Gelgel
Dados pemadegan Ida Ki Gusti Agung Maruti ring kedaton Gelgel
  • Karejek de para satrya Bali
Ida kasiatin antuk para Satrya Bali ne
  • Ya tana waneh
Sane nglebonin Ki Gusti Agung Maruti
  • Ki Gusti Telabah, Ki Gusti Jelantik, Ki Gusti Panji Sakti, muang Satrya runtikania
Sareng tatiga sane dados pamucuk prajurit sane ngrejek Ida Ki Gusti Agung Maruti
  • Ika marmanira Ki Gusti Agung aninggal Gelgel
Punika mahawinan Ki Gusti Agung ninggal kadaton Gelgel
  • Kesah saking Gelgel
Sepetilar saking Gelgel




  • Ngungsi jimbaran ri sira Ki Petung Gading
Aris Ida ngungsi jagat Jimbaran irika ring Ki Putung Gading
  • Kesah saking Jimbaran ana maring Kapal
Sepekawone saking Jimbaran wenten maring kapal
  • Sida ayuda lawan Ki Gusti Ngurah Batu Tumpeng ing Buringkit
Aris masiat ngelawan Ki Gusti Ngurah Batu Tumpeng sane ngawasayang jagat Buringkit
  • Aris kasor atangkep, kris pusaka kaserahing ki Kadua
Dados Ki Gusti Agung Maruti kalah ring pasiatan, tur kris pusakane kasukserahang kapining I kadua
  • Irika aris Ki Gusti Agung katur ke Tabanan
Ring sang sane ngawawa jagat Tabanan
  • Sira Arya Kenceng pwa ya
Tan tios Ida Ki Arya Kenceng sane kabawos
  • Ri kandang ana Ki Gusti Agung Maruti ing Tabanan
Nanging sekewentene Ki Gusti Agung Maruti ring Tabanan
  • Saget dating ira Ki Gusti Bebalangan dating Marga
Jeg rawuh aris Ki Gusti Bebalangan saking Marga
  • Ya aminta Ki Gusti Agung Maruti
Jagi ngarsayang Ida Ki Gusti Agung Maruti
  • Ri sedeng atibeng lara
Sedek nyeraka irika ke lara-lara
  • Ri pamidin ira Ki Gusti Bebalangan
Ri sepinunas Ida Ki Gusti Bebalangan
  • De sang dating Tabanan
Ring Ida Sang Raja Tabanan
  • Sigra anemu sadia
Dados kadagingin pinunas nyane
  • Irika aris Ki gusti Agung Maruti wus ring Tabanan
Irika aris Ki Gusti Agung Maruti tan kratun ring Tabanan
  • Ya pepareng sama-sama alinggih ring urat mara
Dwaning sampun sareng-sareng melinggih ring Marga
  • Lawan sira Ki Aji
Patut ke angge Aji Ida
  • Ki Gusti Gede Bebalangan dating Marga
Tan tios punika Ida Ki Gusti Gede Bebalangan Raja Marga
  • Lamia maring Marga
Sampun kerasa swe maring Marga
  • Ana sojarira kang Aji nedeng Marga
Wenten pangandika ne Iaji raja Marga
  • Lamakane sida Ki Gusti Agung Anglurah jenek
Mangdane Ida Ki Gusti Agung madruwe genah sumeken
  • Ika aris Ki Gusti Agung Aryasa
Irika aris Ida mapamit ring Iaji pacing nangun yasa



  • Ing Giri Pangelengan
Tan tios Ida meyasa ring Gunung Pangelengan
  • Ri sampun nemu sadia
Caritayang peyasan Ida Ki Gusti Agung sampun mapikolih
  • Sigra Ki Aji dating marga
Ledang kayun Iaji sang raja marga mirengang
  • Paweha wadua 200 surang gana
Irika aris Ida Raja Marga mapica prajurit 200 diri sane sampun andel-andel
  • Irika aris kedaton marga katinggal
Sesampune asapunika aris Ida Gusti Agung ninggal kedaton mepamit ring Ida Igi
  • Alinggih ring Bala Ayu
Gelasang caritane mangkin, saget sampun Ida Ki Gusti AgungMaruti malinggih ring Bala Ayu
  • Irika kedaton bala ayu anemu kadigjayaan
Saking kedaton Bala Ayu ngalimbakang wawidangan
  • Sida ke jambe dwipa
Ngantos sida raug kejagat jawi
  • Kisah saking Bala Ayu
Sepeninggal Ida saking Bala Ayu
  • Angungsi menge pura
Aris malinggih Ida ring menge pura Mengwi
  • Saking paminta ira Ki Gusti Tangeb
Sangkan saking pinunas Ida Ki Gusti Tangeb
  • Mapan kapesan adnyana
Seantukan merasa kaon metanding
  • Sira Ki Pasek Badak
Nandingin ipun Ki Pasek Badak ring Buduk
  • Lan Ki Gusti Kaba-Kaba tan sida nungkul
Taler Ki Gusti Kaba-kaba sane tan presida tinut
  • Irika aris Ki Gusti Agung aninggal Bala Ayu Rajia
Punika mawinan Ki Gusti Agung ninggal jagat Bala Ayu tan mawali malih
  • Ya sida malinggih maring bekak
Tur Ida malinggih ring Bekak
  • Tuhu nantam winaya
Saking irika ida ngarincikang daya
  • Nanging ira Pasek Buduk tan silah
Sake wanten ipun I Pasek Buduk tan kapiid
  • Dening winaya ira Ki Gusti Agung
Amenapi lwihe pangindra jala Ida Gusti Agung Ki Pasek Badak egar nandingin
  • Rasa-rasa tambis-tambis kasor adnyanan ira sang dating Mangwi
Merasa tan nyidayang Ida Ki Gusti Agung nandingin kesaktiane Ki Pasek Badak
  • Irika aris metu cita nira
Jeg wenten medal pekayun Ida Sang Raja Mangwi


  • Aminta kanti ke ler Bukit
Pacang nunas kanti utawi tulung ke ler bukit
  • Mapan kerenga suta ira
Dwaning wenten kapireng putran Ida Sang Brahmana Sakti
  • Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Putra Ida Brahmana Ugra Putih Mayong sane sampun kasub kesaktian nyane
  • Tuhu pascat ing aksara aji
Tan sandang malih bawosang ri sapari indik muter aksara pingit
  • Juga akweh adwe wong-wong samar
Taler makweh madruwe kanti utawi panjak wong samar
  • Muang uruh ring Aji maya-maya
Satiosan saking panjak samar Ida uning maya-maya
  • Caritanen ri sampun tiba Ki Gusti Agung sang dating Mengwi
Bawosang mangkin sampun Ida Ki Gusti Agung rauh irika
  • Ing pesraman Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Irika ring pesraman Ida sang Brahmana Ugra Putih Mayong
  • Irika sang karo tan panjang umatura
Taler ature tan wenten makweh ring sajeroning sang kalih
  • Mapa sama-sama uruh ring swasiksaning Aji pinenger
Dwaning sang kalih pada uning ring sajeroning wangsit
  • Saget kecawis de ira Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Aris mangandika Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
  • Singgih Ratu Gusti Agung
Ainggih ratu Gusti Agung Sang Raja Mengwi
  • Yan Semangkana pamidinta
Yan asapunika dadi pangarsan Iratu
  • Ingsun atalang pati
Titiang puput metelelasang urip
  • Sutan ku Ida Brahmana Bendesa Mas
Puniki pianak titian Brahmana I Bendesa Mas
  • Ya bipraya angabih ta
Pacang ngatih Iratu irika ring Mengwi
  • Muang abaga wanta rikang kedaton
Sat maka patirtan I Ratu ring Kedaton
  • Nanging ana pamidin ku
Sawenten mangda kedagingin pinunas titiange puniki
  • Salwiring jenek-jenek wong samar ika
Sahaning genah wong samara irika ring jagat mengwi
  • Yata waneh ing wana ika
 Sane wenten ring beten utawi ring pangkung tukade maka sami
  • Lamakane sami kapahaya
Punika mangdene sami kaicen lelaban utawi kaupa aci



  • Yan sampun semangka
Yan sampun prade asapunika
  • Salwiring meseh sida kasor
Sinah amenapi saktine musuh sinah ipun pacing kalah
  • Teki namaku Ida Bendesa masya sida ngenter
Inggian punika pianak titiange Brahmana I Bendesa Mas pacing nandingin
  • Angapa kita Gusti Agung
Punapi I Ratu Gusti Agung yan asapunika
  • Ayua kita manastapa
Tan sandang I Ratu malih sengsaya
  • Wus angrenga sabda Ira Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Ri sampun puput kapireng pangandikan Ida Brahmana Ugra Putih Mayong asapunika
  • Dadia kacawis de sira kang dateng Mengwi
Irika aris Ida sang Raja Mengwi umatur
  • Singgih sang patni
Inggih I Ratu Sang luih
  • Yan semangka wialasta ingku
Yan asapunika paswecan Iratu ring titiang
  • Mangke nanakta pepareng lumakwa lawan den ku
Sane mangkin putra I Ratu Ida Brahmana Bendesa Mas pacing iring titian ke Mengwi.
  • Muang ring utaraning kedaton ingsun paweha langguh
Taler baleran puri pacing karyanin titiang genah
  • Irika aris Ida Brahmana Bendesa Mas
Dados kairingang picayunyane sang maka kalih
  • Amuit ing sang Bapa
Irika aris Ida Brahmana Bendesa Mas mapamit ring Ida Iaji
  • Ya angungsi kedaton menga para rajia
Sareng taler Ida Raja Mengwi, maka kalih ngungsi jagat Mengwi Raja
  • Ida Brahmana Mas alinggihing kuda petak
Ida Brahmana Mas ngalinggihin jaran putih mulus
  • Meancak saji
Mecrangcang rawit
  • Atedung petak
Taler keapit antuk tedung putih
  • Tuhu meraga putus katon
Sayuakti adung pisan sang meraga putus ngalinggihin palinggihan asapunika
  • Sang dating Mengwi alinggihin jail apedati
Ida sang Raja Mengwi ngalinggihin kreta mepedati
  • Muang kairing wadwa mengwi 800 surang gana
Turk airing antuk wadwa 800 diri jangkep rauh keprajurit
  • Sapta rikang dalu lampah ira ikang marga
Pitung rahina swene Ida ring margi




  • Ing dina weraspati kliwon kang dalu tiba ing kedaton Mengwi Raja
Ring dina wraspati kliwon wengine bawu Ida rawuh ring kedaton Mengwi Raja
  • Irika para baudanda
Irika para baudanda ne
  • Tanda mantra amendak sang dating
Utawi para mantra ne mendak Ida Sang Raja
  • Ida sang dating Mengwi
Tan tios Ida sang Raja Mengwi
  • Tan ira Ida Brahmana Bendesa Mas
Utawi Ida Brahmana Bendesa Mas
  • Sakasana angungsi Bale Rum
Maka sami nyajuk Bale genah pesanekan
  • Kedaton Mengwi ring Bekak
Tan tios irika ring kedaton bekak
  • Tana awarsa Ida Brahmana Bendesa Ma sing Menga Pura
Durung wenten atiban Ida Brahmana Mas ring Mengwi
  • Dadia mampang krodan nira Ki Pasek Badak ing Buduk
Tan sida pedih nyane Ki Pasek Badak sane magenah ring buduk
  • Mapan Mengwi angluruh kanti ke ler Bukit
Dwaning Mengwi sampun pastika kauning ngereh kanti merika ke ler Bukit
  • Irika kerasa ketandingin adnyanan ira Ki Pasek Badak
Dados merasa ngunggul kesaktiannyane Ki Pasek Badak nyamkinang ipun ngerusak tur ngerusuh
  • Dadia Ida Brahmana Bendesa Mas
Irika aris Ida Brahmana Bendesa Mas
  • Ayoga ayasa tapa semadi
Mayoga yasa tapa tur masemadi
  • Tana waneh ing pinggiring lwah we sungi
Irika ring sisin tukad yeh sungine.
  • Ing ika ya ngarad wong samar-wong samar makabehan
Saking irika Ida Brahmana Bendesa Mas ngelebang samar, memedi mebrarahan
  • Juga olih panugran Ida yang yang ning luha ika
Taler Ida polih kasidian saking sane nuenang tukade punika
  • Yak e adnyanan sandi Aji tungtang tangkeb bwana
Kapicayang kasidian sane kabawos Aji Tungtang Tangkeb Bwana
  • Ika aris katur anangkepin Ki Pasek Badak
Punika aris kaaturang ring Ida Raja Mengwi angge mademang ipin I Pasek Badak
  • Sigra kasor ira Ki Pasek Badak lan Ki Gusti Kaba-Kaba
Punika mahawinan kalah ipun I Pasek Badak asapunika taler Ki Gusti Kaba-Kaba tan purun ngarusak malih
  • Irika aris jenek ika katangun palinggih
Dados genahe punika katangunang aris palinggih



  • Dalem Tungkub
Tan tios kadi linggih Ida Betara Dalem Tungkub
  • Ida Brahmana Bendesa Mas
Taler Ida Brahmana Bendesa Mas
  • Atangun juga asrama ing ika
Nangunang taler pesraman ring genahe irika
  • Yan tan waneh wit wawidangan Ki Gusti Bebajangan
Duk sane nguni genahe punika wewidangan Ki Gusti Bebajangan Raja Beringkit
  • Ika ya tuhu anama predesa umabian
Tan wenten tios sane mawasta predesa Umabian
  • Yan akudang warsa Ida Brahmana Bendesa Ma sing Umabian
Sane mangkin bawosang akudang tiban sampun Ida Brahmana Mas ring Umabian
  • Makweh wong dating pepareng asrama
Sayuakti akeh anake rawuh mekarya genah irika
  • Muang ineman De sang Nata Mengwi
Tur kesayangan antuk Ida Raja Mengwi
  • Ika aris Ida Brhamana Bendesa Mas
Irika Ida Brahmana Bendesa Mas mapidabdab aris
  • Atangun pemrajan kawitan
Tan tios aris Ida metangun Merajan Kawitan
  • Ring dina, wreksa danta garitna, yan kalpa taru rebah, tunggal wali, tunggal windu, rah sapta windu adi tulak warsa, ulu tula, ulu tunggal, warsa, surya, margana, kanta lan kasturi, ika katangun, Siwa di Guru jangkep, lingganing jambe dwipa, lingganing bwana kabeh,lingganing wetbet Mayong, lingganing tumbal bwana agung, ya lingganing kasidian, muamg smpun sida anangun swa raja karya agung, amemungkah agung, ngenteg linggih Betara kabeh.
  • Irika aris I Gusti Agung Gede Agung Mengwi paweha jenek
Irika aris I Gusti Gede Agung Mengwi mapica genah ring para sentana Idane
  • Jenek pesraman treh Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Tan tios warih seperti sentana Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
  • Ikang lor, wetan, mangidul, kulon, kadaton Mengwi
Genahe sane kapica punika kangin, kauh, kaja, kelod utawi dados panyibeh Puri Mengwi
  • Lamakane sida angabih kedaton sang dating
Mangda presida nampek ring sang Raja
  • Juga ing pesraman Mayong
Caritanen mangkin ring wana sraman Mayong
  • Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Sane malinggih tan tios Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
  • Ya sampun moksa tan pesawa ing Pulaki Luhur
Taler Ida sampun mantuk moksah irika ring Pulaki Luhur
  • Ya tana waneh ring pegaluhan
Tan tios ring pegaluhan
  • Kadi tinuting titas sabda sang Bapa
Ngiringang kadi pangandikan Ida Iaji Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh


  • Duk nguni Ida Bapa Pedanda Sakti Bawu Rawuh
Duk pangendikan Ida Iaji Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
  • Caritanen ri pamoksahan Ida Brahmana Ugra Putih Mayong ing Pegaluhan
Bawosang mangkin sepemantukan Ida Brhamana Ugra Putih Mayong ring Pegaluhan
  • Pesraman Mayong muang parahyangan kasukserahang ing ki anak
Wana srama Mayong muang Parahyangan kasukserahang ring putran Idane
  • Hiya tana waneh Ida Brahmana Putih Mayong
Tan tios punika Ida Brahmana Putih Mayong.
  • Wit Ni Gusti Ayu Wedang tereh Si Ngurah Sindu
With maibu saking Ni Gusti Ayu Wedang utawi treh si Ngurah Windu
  • Juga sampun sida atemaja tri kang jalu-jalu
Tur sampun ngawentenang putra 3 lanang
  • Kang wayah Ida Brahmana Ugra Purwa
Sane paling duwur maparab Ida Brahmana Ugra Purwa
  • Kang madia Ida Brahmana Ugra Singgih
Sane no kalih maparab Ida Brahmana Ugra Singgih
  • Kang untat Ida Brahmana Ugra Blawa
Sane paling alit maparab Ida Brahmana Ugra Blawa
  • Ika kapah swa darma
Maka tiga punika kapicayang pemargi
  • Muang sida ngawe treh swa darma
Tur ngewarisang pemargi sane nguger
  • Hiya pada dadi ngodag
Sami pada sumbah ka sumbah nyurud pada nyurud
  • Ida Ugra Purwa ya swadramaning Ki Pasek
Ida Brahmana Ugra Purwa ngambel pemargi Ki Pasek
  • Hiya ke Pemangkuan
Dados pemangku parihyangan ngayah ring pelinggih
  • Ida Ugra Singgih
Aspunika taler Ida Brahmana Ugra Singgih
  • Hiya swa darma Ki Bendesa
Ngambel pemargi ngitungang Desa minakadi manggala
  • Hiya Pangenter Krama
Ngindikang tata kramaning Desa
  • Ida Ugra Blawa
Sane paling alit Ida Brahma Ugra Blawa
  • Hiya swa darman Ki Kebayan
Ida ngelarang pemargining tukang
  • Hiya ngenter palutuk
Taler nibakin duwasa utawi ngemargini upacara upakara
  • Yeki sama-sama warih satunggal
Maka sami puniki, sami warih saking Purusa asiki



  • Beda swadarma
Wenten tios pemargi utawi pelaksana
  • Ing Warsa
Duk punika kapicayang pemargi utawi tugas
  • Swa Raja karya ing Mrajan Agung
Ring pianjekan piodalan ring Mrajan Agung
  • Teki Bisama, Buh nanaku sedaya
Nah cening putra Iaji makejang
  • Yan kita tan tinut
Sing prada cening bakal tinut
  • Ing swa darmanta pi twi
Kapining ayah-ayah ceninge ane katiba
  • Jahta semat ta kita moga kita tan rahayu
Dumadak dumadik cening sing manggihin rahayu
  • Palan nia
Pelaksana nyane
  • Surud merta
Dadi tiwas nektek
  • Tan ketemu cucu buyut ming keti
Putung tan ketemu cucu buyut utawi sentana
  • Anadi uled baled
Manumitis dadi uled baled
  • Satuwuk
Selami-laminya
  • Selampah-lampah laku
Saluwiring pejalan tan ke sidan
  • Semangkana kita warihku
Nah keto cening bakal pinadine
  • Menget setrehanta
Ngingetang separi sentanan makejang
  • Ri wus semangkana
Sesampune puput asapunika
  • Predesa Mayong anemu landuh
Jagat Mayonge presida enteg
  • Tan kurang pangan kinum
Tan kirang ajeng-ajengan
  • Mapan tan wani tempal
Dwaning Ida maka sami tan purun lempas ring sajeroning pemargi
  • Muang astiti bakti ring paryang-paryangan
Napi malih ring Pura-pura tan pisah purun lempas
  • Pakardin Sang Bapa
Pamekas kadi pura-pura panyungsungan Ida Iaji Ida Pedanda Sakti Bawu Rawuh
  • Nanging ring kedaton Mengwi
Bawosang mangkin si sakewentene ring Puri Mengwi

  • Sampun akeneng kali yuga
Rasa akeh biyuta ring Puri
  • Mampan sampun sumaya Badung angrejek Mengwi
Dwaning sampun patut wanengne Badung ngarejek Mengwi
  • Duk yasan nira Ki Gusti Agung Maruti ing Pangelengan nguni
Asapunika taler sampun maciri duk yasan Ida Ki Gusti Agung ri bukit Pangelengan sane dumun
  • Tan pesamudana
Aris tan pesangkan
  • Rikala dina kala mretu murti
Ring dina sane patut magegebug
  • Saget karejek kedaton Mengwi de Sang dating Badung
Tan pari wangde Puri Mengwi kalebonin antuk Badung
  • Dadia pames rikang yuda
Dados rame siate
  • Makweh para yuda pejah
Akeh para prajurite ngemasin mati
  • Nanging mapan sampun sumaya
Dwaning sampun kabawos masaning ganti
  • Sang dateng Mengwi
Ida Sang Raja Mengwi
  • Surud
Pacang kalah
  • Nanging makweh ikang wadwa
Asapunika taler makweh panjake ninggal umah
  • Muang ming sang dating Mengwi larud angungsi jenek
Taler sameton-sameton Sang aja Mengwi rarud ngarereh genah
  • Juga Ida Brahmana Bendesa Mas
Nanging sekawentene Ida Brahmana Bendesa Mas
  • Bagawanta Sang Nata
Minakadi Bagawanta Siwa Sang Prabu
  • Tan wenang akeneng kekasorang yuda
Tan patut keni ring sapari indik sepung kalah menang yuda
  • Mapan Ida Brahmana Bendesa Mas kadi linggih Ida ring wawidangan Belayu
Napi malih Ida Brahmana Bendesa Mas kadi linggih Ida ring wawidangan Belayu
  • Ika aris Ida Brahmana Bendesa Mas kasayut
Irika aris Ida Brahmana Bendesa Mask airing
  • De yogi nia sang dating Bala Ayu sira Ki Gusti Gede Sengguan
Tan tios arin Ida Raja Belayu sane maparab Ki Gusti Gede Sengguan
  • Muang wet bet Mayong kasukserah
Taaler presasti maya tatwa Mayong kasukserah sat maka cirri
  • Ika bukti tulakan asih bakti sang karo
Pastika pisan mapikanten presasti punika, sat maka pemales tresna asih sang kalih



  • Sumaya pingit ing pemarjan Ki Gusti Sengguan, singgih paduka Betara yang melinggih ring pemrajan muang paduka Betara yang melinggih ring presasti Mayong ingsun Brahmana Bendesa Mas Umabian lanang wadu, satereh kula gotra, warih sentanan ingsun, lupa ing treh sentanan Ki Gusti Gede Sengguan, adusta arumaksa muang angemit presasti Mayong teki, lamakane kang karo, surud merta, surud wadwa, surud aji selampah laku, juga yan ingsun tumitis, lamakane sida ingsun anyiwi bakti malih, tunggul ingsun, semangkana paduka Betara yang mekabehan.
  • Irika aris riwus puput ring pemrajan asuma
Sesampune puput ring pemarjan meatur-atur
  • Sira Ida Brahmana Bendesa Mas pemantuka ke Pesraman
Taler duk punika Ida Brahmana Bendesa Mas
  • Sampun asuta roro suta nia
Taler sampun Ida madruwe putra kekalih (2)
  • Kang Wayah
Sane pinih duur
  • Ida Brahmana Bendesa Mas Sakti
Tan tios parab idane Ida Brahmana Bendesa Mas Sakti
  • Ya aganti sang Bapa jenek ring predesa Umabian
Ida sane ngentosin Iaji ring predesa Umabian
  • Yogi nia Ida Brahmana Bendesa Mas Mayong
Asapunika taler arin nyane Ida Brahmana Mas Mayong
  • Hiya ngalih jenek ing pinggiring arya kenceng Tabanan
Ninggal pesraman ring Umabian Ida ngerereh genah ring pinggir sisi wawidangan Ki Arya Kenceng Raja Tabanan.
  • Ring warsa candra pasa gajah ikuh ya pasti
Duk tahun candra pasa gajah ikuh ya pasti (1581)
  • Mapan sampun makweh pesanakan ira
Dwaning sampun makweh pada madruwe putra
  • Ira Brahmana Bendesa Mas
Putran-putran dane Ida Brahmana Bendesa Mas
  • Sampun ana 20 jumenekmunjuk lungsur
Sampun wenten 20 genah sane manggeh utawi tan manggeh
  • Ana atangun tri purusa ya marjan alit
Taler wenten mekarya mrajan Alit
  • Ana atangun lingga kesidian tunggal ya kawitan
Wenten taler mekarya linggih matetamban ke angge Ida Betara Kawitan
  • Juga ana atangun mrajan Gede ya jagat kabeh
Wenten taler sane mekarya mrajan Gede jangkep
  • Ika swa darma ira warih Ida Brahmana Bendesa Mas
Sapunika pamargin nyane warih-warih Ida Brahmana Bendesa Mas Mayong
  • Angawe sadu satunggilan
Setata ngardi pasikian
  • Juga ana dating mawit saking sapta resi
Taler wenten sane rawuh malih saking pesanakan sapta resi


  • Ya Ki Pasek Gelgel
Tan tios sane kabawos Pasek Gelgel
  • Jaga Ki Pasek Kubon tingguh wit wurih Ki Bendesa Buaahan
Taler malih rauh Ki Pasek Kubon tingguh wit Bendesa Buahan
  • Irika aris Ida Brahmana Bendesa Mas
Taler wenten aris pekayun Ida Brahmana Bendesa Mas
  • Ya Ugra Putih Mayong
Tan tios Ida keturunan Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
  • Angawe predesa
Pacang ngugerang mangda dados desa
  • Anama predesa Tegal
Irika aris kewastanin predesa Tegal
  • Mapan mawit jenek warih nia makweh rikang kamel widangan nira
Dwaning makehan warih Ida Brahmana Bendesa Mas meneng ring genah peabianan nika mahawinan kabawos Predesa Tegal
  • Saking predesa Tegal Bala Ayu
Mawit saking desa Tegal Belayu
  • Warih Ida Brahmana Bendesa Mas Mayong belas angluruh jenek
Para sentana utawi warih Ida Brahmana Bendesa Mas Mayong pada bencah ngarereh genah
  • Ana ke wewidangan dating kukuh
Wenten ke Desa Kukuh ring Ida Sang Nata
  • Ana ke wawidangan Tegal jadi Kediri
Taler wenten ke Tegal jadi ring Sang Nata Kediri
  • Pre desa urat mara
Wenten ring desa Kuwu Urat Mara
  • Muang ke Selanbawak predesa
Wenten ring desa Selanbawak malinggih
  • Belas saking Brahmana Bendesa Mas Sakti Umabian
Sane mangkin bawosang bencahan saking Ida Brahmana Bendesa Mas Sakti Umabian
  • Sida angluruh jenek
Sami pada ngarereh genah
  • 17 jenek ing jagat Mengwi
17 genah sane wenten ring jagat Mengwi
  • Semangkana ri lampah ira warih Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
Asapunika pamargin nyane bencah ke bencah warih Ida Brahmana Ugra Putih Mayong
  • Yukti yukti natan langgana
Sayuwakti tan purun ring sajeroning parmargi
  • Tuhu tinut ring Catur Guru
Sayuwakti pisan tan tiwal ring Catur Guru
  • Ri satereh kadang sentana nira
Saking leluhur rauh ke sentana maka sami
  • Apenelas abela pati
Apuputan nindihin sane mawasta urip


  • Duk paran-paran anglaran darma kang Aji
Saking mapitelas pikayun nganggehang sane mewasta darmaning sastra
  • Las carya aninggal kadang sanak
Tan wenten kapiangen ninggal kadang sentana
  • Anemu mijiling pati
Rauh ngantos ngemasin urip
  • Wit windu tangan karo metu sunia
Saking gaguat tanganka kalih sida pacing bakta ke niskala
  • Bwana kang jana
Mapakardi ring jagate utawi ring para semeton
  • Muang las carya kadang sanak
Saking matetelas mapakardi ring para sentana
  • Nemu sunia
Punika sami pacang telas
  • Samangkana daging hyang Aji Saraswati muang hyang Kawi Swara
Asapunika sakewentene daging ke caping sastra sangkan ke wikanan Ida Sang Hyang Kawiswara Murti minakadi daging jagate.
    
  • Kaikut saking pretatwa,
Kejangkepin antuk daging tutur-tutur minakadi :
Lontar Wana Sunia Tatwa,
Lontar Tri Lingga Tatwa
Lontar Pra Arya Tatwa
Lontar Bwana Tatwa
Lontar Maya Tatwa
Lontar Menga Pura Tatwa
Maka sami lontar punika sat maka daging presasti Lontar Maya Tatwa kebawos.
     
  •  Mogi-mogi sang anemu amari suda
    Dumadak dumadik sapa sira amanggih ngastitiyang setata
  • Ngecap ayu las tantas Ratu Ayu
Presida ngemargiang rahayu patut kapanggih
  • Mogi dirge ayu dirge yusa
Dumadak ring para sentana maka sami ngemanggihin rahayu tur panjang yusa

Om sukam byowantu, purnam byowantu, kesamo swamem tyo namo swaha.










                                                Angge-anggean

Teki kulit Ida Brahmana Ugra Putih Mayong paicang Ida Pedanda Sakti Dwijendra kita wenang ngangga :
Matri laksana, magunung pitu, ancak taman, kapas warna sia, mekarang liman, boma mekampid, abulu cintia reka, metumpang salu jangkep, maupakara utama, mekajang, mekelasa, mepatrang, mekempul, tarpana, petulangan, sarwa buron, lembu, gajah, macan, mina, singa, wenang angrasuk nista, madia, utama, matebasan, utama nia 8000 panikel, madia 4000 nikel, nista 2500 nikel, nistaning nista 1700 juga wenang sekama-kama.



1.      Yan apendem / metanem, Tirta pamuput lwire, srana payuk, tirta Siwa di Guru, Uger, Kawitan, Sunia
2.      Yan karya madia : Tirta apendem, atag jangkep, Lingga Siwa, Pegaluhan, Marjan Agung, Kerta Kawat, Pemuteran.
3.      Yan karya utama : Atag suratan mekabehan, rangsukanya
4.      Yan karya amukur : Tan onang suratan, pamuput nia srana sujang awastra :
Marjan panguger, kawitan, mraga lingga Dwijendra, Marjan Agung, Lingga Siwa Pegaluhan, Kerta Kawat, Lan Pemuteran, Teki ya Utama, juga onang ring adnyana, menget.