Thursday, March 26, 2015

CARA MENCAPAI KESADARAN ATMA



CARA MENCAMPAI KESADARAN ATMA
Bagaimana cara mencapai atma jnana [kesadaran atman] ? Ada banyak jalan untuk menapakinya. Salah satunya adalah dengan melalui delapan tahapan perjalanan tapa-yoga.

Tahapan pertama dan tahapan kedua adalah kehidupan sehari-hari yang penuh dengan belas kasih dan kebajikan.

 [1] kita belajar berhenti menyakiti hati orang lain. Tidak hanya sebatas berhenti menyakiti orang yang baik kepada kita, tapi juga berhenti menyakiti orang yang jahat kepada kita.

[2] kita belajar melakukan sebanyak-banyaknya kebaikan, bantu sebanyak mungkin orang lain dan mahluk lain, serta lakukan swadharma pekerjaan kita dengan baik, tekun dan hati riang.

[3] kita belajar mengelola perhatian kita. Karena apa yang kita perhatikan terus berulang-ulang dalam waktu yang lama akan membuat kehidupan kita menjadi seperti itu. Jika kita memperhatikan nafsu seks, kita akan menjadi liar, ingin ingin dan ingin seks. Jika kita memperhatikan makanan enak, nanti kita akan tertarik terus dengan makanan. Jika kita memperhatikan pertikaian politik, nanti kita akan tertarik terus dengan konflik. Arahkan pergaulan kita ke orang baik dan hatinya bersih saja, batasi dan kurangi pergaulan dengan orang yang kurang baik dan hatinya tidak tulus. Karena jika kita memperhatikan serangkaian perilaku, sama dengan meniatkan diri kita sendiri untuk berkembang kesana, lama-lama kita akan mirip dengan dia pola pikir dan cara kehidupannya. Jika kita ingin berhasil di jalan dharma pusatkan perhatian hanya kepada hal-hal yang memang benar baik, mulia, sejuk, damai dan mencerahkan jiwa.

[4] kita belajar mengendalikan panca indriya kita, terutama lidah, mata dan telinga. Jangan melekat dan mengejar makanan enak, belajar menjaga apa yang kita katakan dan yang tidak kita katakan. Belajar melihat dan mendengarkan tanpa penilaian dan penghakiman. Termasuk belajar melihat-mendengar segala gangguan dan godaan, yang kita rasa berat sekalipun, dengan tanpa penilaian dan penghakiman.

[5] kita belajar mengelola pernafasan kita melalui latihan pranayama. Ada rahasia di balik pernafasan kita. Ketika aliran nafas tidak beraturan dan tanpa tujuan, pikiran menjadi mudah terombang-ambing. Ketika aliran nafas stabil dan tenang, pikiran menjadi mudah tenang-seimbang.

[6] kita belajar meditasi dan berusaha melaksanakannya dengan rutin dan tekun.

[7] kita belajar setiap saat terserap ke dalam samadhi atau selalu terserap ke dalam atman. Apapun yang muncul dalam pikiran kita [marah, takut, benci, jengkel, penasaran, tegang, senang, bahagia, dsb-nya], sadari secara netral. Tanpa penilaian, tanpa dualitas baik-buruk, enak-tidak enak, suka-tidak suka, suci-kotor. Sehingga ada ruang diantara pikiran-perasaan dengan kesadaran. Semakin dalam prakteknya semakin lebar ruang diantara keduanya. Hasilnya indah sekali, semuanya menjadi yoga. Tidak lagi diperlukan tindakan untuk melakukan yoga, melainkan yoga menjadi alamiah, natural, mengalir dan menyatu dengan kehidupan. Atau dengan kata lain selalu terserap ke dalam samadhi atau selalu terserap ke dalam atman.

[8] adalah tahap jivan-mukti [pembebasan, pencerahan], disinilah tercapainya atma jnana, kesadaran tentang kenyataan diri yang sejati.

Kedengarannya mudah tapi perlu waktu yang sangat panjang untuk mencapainya. Sehingga untuk orang biasa mungkin tidak perlu sampai di tahap delapan. Kalau dalam perjalanan kehidupan ini kita sudah bisa sampai di tahap keenam saja itu sudah bagus sekali. Karena di tahap itu anthra-guru [guru di dalam diri] sudah akan ketemu.
Vasudaiva Kutumbakam = Kita semua bersaudara
Brahman Atman Aikyam = Brahman & Atman itu Tunggal
Aham Brahma Asmi = Pada Hakikatnya, Jiwa ini adalah Tuhan itu sendiri
Moksanam Sarira Sadhanam = Bahwa tubuh itu adalah alat untuk mencapai moksa

PENUTUP
Orang yang bisa menjaga jarak dengan badan dan pikirannya, bebas dari identifikasi diri sebagai badan dan pikiran, itulah manusia yang sadar, yang ke-aku-annya [ahamkara] sudah lenyap, yang sudah bisa melihat : semuanya Brahman. Yang baik maupun buruk adalah Brahman, yang benar maupun salah adalah Brahman, yang terhormat maupun yang hina adalah Brahman, yang mengerikan maupun yang indah adalah Brahman, yang suci maupun yang kotor adalah Brahman, dll. Dalam bahasa tetua orang Bali dan Jawa : Rwa Bhinneda. Sehingga yang muncul keluar hanyalah welas asih dan kebaikan yang tidak terbatas kepada semuanya.

PERBEDAAN DEWA, BATHARA DAN AWATARA DALAM HINDU



Dewa, Bhatara dan Awatara Dalam Hindu

 Di dalam agama Hindu kita mengenal yang  namanya Dewa, Bhatara  dan Awatara. Berikut adalah penjelasannya.

Pengertian Deva, Bhatara dan Awatara

Dewa
Pandangan Hindu ; Dewa berasal dari kata Div yang artinya cahaya. Para Dewa adalah cahaya Brahman. Hubungan Brahman dengan Dewa dapat kita analogikan sebagai cahaya dengan matahari. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Tidak ada cahaya bila tidak ada matahari. Tetapi tanpa cahaya matahari tidak dapat dikatakan matahari. Cahaya adalah cara matahari untuk menunjukkan dirinya kepada dunia. Dengan cahaya kita tahu matahari ada. Tanpa cahaya itu kita tahu apakah matahari itu ada atau tidak. Para Dewa itu adalah wujud personal dari Brahman yang disebut Iswara; melalui para Dewa itu kita “mengetahui” keberadaan Brahman yang tanpa sifat dan impersonal, bahkan Acintya, tak terpikirkan.(NPP)
Om Tat Sat.
Deva adalah sinar suci Brahman atau Sang Hyang Widhi yang mempunyai tugas berbeda-beda. Kata Deva itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta div yang artinya sinar. Sesuai dengan artinya, fungsi Deva adalah untuk menyinari, menerangi alam semesta agar selalu terang dan terlindungi. Dalam Agama Hindu dikenal banyak Deva dengan berbagai fungsinya, antara lain:
  • Deva Indera adalah deva yang menguasai ilmu perang sehingga dikenal sebagai Deva perang;
  • Deva Brahma adalah deva pencipta alam semesta beserta isinya;
  • Deva Wisnu sebagai deva pemelihara dunia beserta isinya;
  • Deva Siwa sebagai deva pemeralina yang mengembalikan dunia kembali ke asalnya;
  • Deva Baruna sebagai deva penguasa laut;
  • Devi Saraswati sebagai deva penguasa ilmu pengetahuan;
  • Deva Ganeca sebagai deva kecerdasan dan penyelamat umat manusia;
  • Devi Sri sebagai deva kemakmuran; dan
  • Deva Sangkara sebagai deva penguasa tumbuh-tumbuhan.


Bhatara
Kata Bhatara berasal dari kata bhatr yang berarti kekuatan Brahman, Sang Hyang Widhi yang juga mempunyai fungsi sebagai pelindung umat manusia dan dunia dengan segala isinya. Dalam Agama Hindu dikenal ada banyak Bhatara, antara lain:
  • Bhatara Bayu yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan udara atau angin.
  • Bhatara Indra yang mempunyai kekuatan untuk mengadakan hujan.
  • Bhatara Agni yang mempunyai kekuatan untuk menjadikan api yang panas.
  • Bhatara Basuki yang mempunyai kekuatan untuk menciptakan kesuburan.
  • Bhatara Anantaboga yang mempunyai kekuatan untuk menstabilkan bumi.


Awatara
Kata Avatara berarti kelahiran Brahman. Dalam hal ini, Brahman melahirkan diri-Nya sendiri dengan wujud yang sesuai dengan kehendak-Nya untuk menyelamatkan umat manusia dan dunia beserta isinya dari ancaman kejahatan yang sudah merajalela. 

Umat Hindu percaya bahwa kehidupan umat manusia dan bumi beserta isinya tidak kekal dan berada dalam siklus perubahan abadi yang bisa baik dan juga bisa buruk. Dalam perjalanan kehidupan umat manusia tidak dapat lepas dari siklus perubahan.Terkadang pengaruh buruk yang menguasai alam semesta dan di lain waktu pengaruh baik yang mempengaruhi.

Manakala dunia beserta isinya berada dalam ancaman pengaruh buruk sifat manusia, yang ditandai dengan kejahatan merajalela, wanita tidak lagi diberikan kemuliaan dan penghormatan, perang terjadi di mana-mana, maka Brahman atau Sang Hyang Widhi turun ke dunia dengan mengambil wujud sesuai dengan keadaan zaman. Tujuannya untuk menyelamatkan umat manusia, alam semesta beserta isinya dari kehancuran. 

Dengan demikian, Avatara merupakan penjelmaan Brahman dengan mengambil wujud tertentu dengan tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dan dunia beserta isinya. Menurut Purana (bagian dari pada Veda), dikenal ada 10 Awatara Dalam Agama Hindu yang turun ke dunia untuk tujuan menyelamatkan umat manusia, alam semesta, dan segala isinya dari kehancuran.


Hubungan Deva, Bhatara, Avatara

Sebagai manifestasi, Deva Wisnu yang turun ke dunia antara Deva, Bhatara, dan Avatara mempunyai masing-masing hubungan, yaitu:
  1. Semuanya bersumber dari Brahman/Sang Hyang Widhi,
  2. Masing-masing mempunyai fungsi dan tugas menyelamatkan dunia dari adharma,
  3. Masing-masing mempunyai sifat yang sama dengan Brahman
  4. Deva, Bhatara, dan Avatara adalah maha pemurah terhadap makhluk hidup.



Perbedaan Deva, Bhatara, dan Avatara
  1. Deva berasal dari kata Div yang berarti sinar. Jadi, Dewa memiliki arti atau makna sinar yang menunjukkan sebagai sinar sucinya Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Bhatara berasal dari bahasa Sanskerta dari akar kata Bhatr, yang artinya Kekuatan/Pelindung. Jadi Bhatara adalah yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas kesucian dirinya sehingga mampu menjadi Manawa ke Madawa atau setingkat Bhatara yang dapat melindungi kesejahteraan umat manusia.
  3. Avatara adalah turunnya kekuatan Sang Hyang Widhi ke dunia dengan mengambil suatu bentuk tertentu untuk menyelamatkan dunia beserta isinya dari kehancuran yang disebabkan oleh sifat-sifat Adharma.



Sloka yang Mendukung Keberadaan Deva, Bhatara dan Avatara

  1. Bhagavadgita IV. 5
Banyak kelahiran yang telah Aku jalani di masa lalu, demikian juga engkau wahai Arjuna, semuanya itu Aku mengetahuinya, tetapi engkau tidak wahai Parantapa (Arjuna)

2.  Bhagavadgita IV. 6
Walaupun Aku tak terlahirkan, abadi, dan menguasai segala makhluk, namun dengan menundukkan kekuatan Ku sendiri, Aku bisa mewujudkan diriku melalui kekuatan maya Ku

3.  Bhagavadgita IV. 8
Demi untuk melindungi orang-orang suci, serta untuk memusnahkan orang-orang jahat, dan demi untuk menegakkan dharma