Om Swastyastu,
Kanda Pat adalah
Empat Teman: Kanda = teman, Pat = empat, yaitu kekuatan-kekuatan Hyang Widhi
yang selalu menyertai roh (Atman) manusia sejak embrio sampai meninggal dunia
mencapai Nirwana. Menurut Kitab Suci Lontar Tutur Panus Karma,
nama-nama Kanda Pat berubah-ubah menurut keadaan/ usia manusia:
Usia Manusia
|
Kanda 1
|
Kanda 2
|
Kanda 3
|
Kanda 4
|
KANDA PAT RARE
|
||||
Embrio
|
Karen
|
Bra
|
Angdian
|
Lembana
|
Kandungan 20 Hari
|
Anta
|
Prata
|
Kala
|
Dengen
|
Kandungan 40 Hari
|
Ari-ari
|
Lumas
|
Getih
|
Yeh-nyom
|
Lahir, Tali Pusar Putus
|
Mekair
|
Salabir
|
Mokair
|
Selair
|
KANDA PAT BHUTA
|
||||
Bayi Bisa Bersuara
|
Anggapati
|
Prajapati
|
Banaspati
|
BanaspatiRaja
|
KANDA PAT SARI
|
||||
14 Tahun
|
Sidasakti
|
Sidarasa
|
Maskuina
|
Aji Putra Petak
|
Bercucu
|
Podgala
|
Kroda
|
Sari
|
Yasren
|
KANDA PAT ATMA
|
||||
Meninggal Dunia
|
Suratman
|
Jogormanik
|
Mahakala
|
Dorakala
|
KANDA PAT DEWA
|
||||
Manunggal ( Moksa )
|
Siwa
|
Sadasiwa
|
Paramasiwa
|
Suniasiwa
|
Bentuk-bentuk kandapat yang dapat dilihat dan
diraba secara nyata adalah ari-ari, lamas, getih,
dan yeh-nyom.
Setelah mereka dikuburkan (segera setelah bayi lahir) maka perubahan
selanjutnya adalah abstrak (tak berwujud) namun dapat dirasakan oleh manusia yang
kekuatan bathinnya terpelihara.
Bagan di atas dapat juga dibaca terbalik dengan pengertian sebagai berikut:
Hyang Widhi mewujudkan diri menjadi empat manifestasi, kemudian keempatnya
itu, yaitu:
1. Hyang Siwa selanjutnya mewujudkan dirinya menjadi ari-ari
2. Hyang Sadasiwa mewujudkan diri sebagai lamas
3. Hyang Paramasiwa mewujudkan diri menjadi getih
4. Hyang Suniasiwa mewujudkan diri menjadi Yeh-nyom.
1. Hyang Siwa selanjutnya mewujudkan dirinya menjadi ari-ari
2. Hyang Sadasiwa mewujudkan diri sebagai lamas
3. Hyang Paramasiwa mewujudkan diri menjadi getih
4. Hyang Suniasiwa mewujudkan diri menjadi Yeh-nyom.
Keempat teman yang abstrak ini menyertai terus
sampai manusia mati dan rohnya menghadap ke Hyang Widhi. Mereka juga menjaga
dan melindungi roh, serta mencatat sejauh mana atman (roh) terpengaruh oleh
indria keduniawian. Semua pengalaman hidup di record oleh Sang Suratman yang dahulu
berbentuk ari-ari. Inilah catatan subha dan asubha karma yang menjadi
penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa
(bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali). Kandapat
ada dalam diri/ tubuh manusia, namun ketika tidur, kandapat keluar dari tubuh.
Maka mereka perlu dibuatkan pelinggih berupa “pelangkiran” di kamar
tidur, tempat bersemayamnya kanda pat ketika kita tidur pulas.
Kandapat namanya selalu berubah sesuai dengan
pertumbuhan manusia, karena pengaruh Panca Indria kepada Roh/ Atma juga
berubah-ubah. Jadi nama yang berubah untuk memberi batasan pada masing-masing
tingkat kekuatan pengaruh panca indria sejalan dengan pertumbuhan manusia.
Panca Indria dapat menyebabkan keterikatan atman oleh karena itu atman perlu
dilindungi. Yang bisa membantu manusia melindungi dirinya dari godaan panca
indria adalah Kandapat.
Jika jalinan/ hubungan manusia dengan Kandapat
terhambat atau bahkan tidak ada hubungan sama sekali (“tusing pati rungu”) maka
perlindungan Kandapat-pun berkurang atau tidak ada. Seperti lagunya Bimbo saja:
…”Engkau dekat, Aku dekat, engkau jauh, Aku jauh”… begitu kira-kira logikanya.
Orang-orang kebathinan biasanya mulai dengan menguatkan Kandapatnya ini dengan
cara selalu ingat dan membagi suka/ duka dengannya. Jika sudah dekat, Kandapat
bisa jadi guru dan penuntun karena pada hakekatnya Kandapat itu juga Manifestasi Hyang Widhi.
Kandapat adalah manifestasi Brahman (Hyang Widhi)
yang Esa; jadi ia akan selalu ada dan selalu sama pada penjelmaan-penjelmaan
manusia berikutnya.
Beberapa cara mendekatkan
diri (roh dalam diri) dengan Kandapat :
1.
|
Membuat
pelangkiran dari kayu di atas tempat tidur, sebagai stana Kandapat, sedangkan
Kandapat diwujudkan dalam bentuk daksina lingga, yakni sebuah daksina yang
dibungkus dengan kain putih/kuning. Kemudian dihaturi banten
tegteg-daksina-peras-ajuman (pejati) dan setiap bulan purnama
dibaharui/diganti, daksina lingganya tidak perlu diganti (biarkan selamanya
di situ)
|
2.
|
Setiap hari dihaturi banten
saiban/jotan
|
3.
|
Setiap mau
meninggalkan rumah pamit ke Kandapat dan pulangnya membawa oleh-oleh
makanan/kuwe, dll. sekedarnya saja, tanda ingat.
|
4.
|
Setiap mau tidur sembahyang,
seraya memohon Kandapat menjaga kita selama tidur.
|
5.
|
Permohonan lain dapat juga
diajukan di Kandapat itu.
|
6.
|
Kalau gajian/mendapat hasil uang,
dihaturkan dahulu di situ, biarkan semalam, keesokan harinya baru ‘dilungsur’
(tapi hati-hati pada pencuri, artinya pintu kamar dikunci)
|
Om Santih, Santih, Santih, Om
No comments:
Post a Comment