Tumpek, Asal
dari kata Tumampek yang berarti mendekatkan diri kepada sang Maha Pencipta dg
jalan mensyukuri segala ciptaannya baik secara langsung maupun tidak langsung
kita nikmati sehingga sudah sewajarnyalah kita mensyukurinya kepada sang
pemberi nikmat.
Tumpek berasal
dari kata TU yang berarti METU dan Pek berarti BERAKHIR, Jadi Tumpek berarti
merupakan Awal dan juga akhir. Tumpek sangat erat kaitannya dengan Kalender
Hindu di Bali yang merupakn gabungan dari Caka surya pramana dan Chandra
Pramana serta Wuku yang kita kenal sebanyak tiga puluh wuku, selain wuku ada
juga siklus lain yaitu Saptawara dan Pancawara.Sehingga antara Sapta wara
terakhir Saniscara ketemu dengan Pancawara terakhir ( kliwon ) maka siklus
inilah kemudian disebut tumpek, yang datangnya setiap 35 hari sekali.
Tumpek akan
bertemu setiap akhir wuku Saniscara (Sapta wara ) dan akhir Pancawara Kliwon,
inilah yang kemudian disebut dengan awal dan akhir dalam istilah Hindu disebut
Utpeti, Stiti dan Prelina, yang kemudian diambilah Utpeti dan Prelina
(Tum-Pek).
Tumpek Landep
memiliki makna Bersyukur kepada Hyang Maha Pencipta dalam manifestasinya
sebagai Hyang Pasupati atas ciptaanya, sehingga atas analisis dari manusia
menggunakan ketajaman Jnananya sehingga berhasilah mengolah logam-logam yang
dipergunakan untuk melancarkan usahanya dalam menunjang kehidupan sehari-hari,
sehingga lazimnya pada tumpek ini sepertinya di katagorikan sebagai sarwa
sanjata, pada hal yang utama bagaimana ketajaman dari Jnana kita yang di
anugrahi oleh sang maha pencipta.
Dalam
perkembangan zaman dan teknologi, perayaan hari raya Tumpek Landep tidak hanya
mengupacarai benda-benda sakral/pusaka seperti keris dan peralatan
persenjataan, melainkan juga benda-benda lain yang memiliki manfaat positif
yang memberikan kemudahan dalam segala aktivitas dan kehidupan manusia (Semua yang
dianggap sebagai senjata dalam menjalani hidup). Adapun benda-benda tambahan
yang juga sering kita lihat diupacarai para hari tumpek landep ini antara lain
: motor, mobil, sepeda, computer, laptop, mesin pabrik, dan benda-benda
lainnya.
Bagi umat hindu
di Bali, senjata yang paling utama dalam kehidupan ini adalah pikiran, karena
pikiranlah yang mengendalikan semuanya yang ada. Semua yang baik dan yang buruk
dimulai dari pikiran, maka dari itu dalam perayaan hari Tumpek Landep ini kita
diharapkan agar senantiasa menajamkan pikiran lewat kecerdasan dan
mengendalikan pikiran lewat norma-norma agama dan budaya.
Begitu tingginya
filosofi orang-orang Bali yang sangat memaknai segala sesuatu yang ada di dalam
kehidupannya. Ini juga yang membuat Bali dikenal sangat unik dan eksotis bagi
orang-orang yang pernah mengunjunginya. Hendaknya budaya-budaya nusantara
seperti inilah yang sepatutnya kita lestarikan sebagai bentuk warisan para
leluhur, yang menunujukkan jati diri dan karakter bangsa di tanah Nusantara.
Semoga segala pikiran yang baik datang dari segala penjuru.
No comments:
Post a Comment