Thursday, November 6, 2014

PERBEDAAN & PERSAMAAN DEWA, BHATARA, AWATARA



Dewa, Bhatara dan Awatara Dalam Hindu

 Di dalam agama Hindu kita mengenal yang  namanya Dewa, Bhatara  dan Awatara. Berikut adalah penjelasannya.

Pengertian Deva, Bhatara dan Awatara

Dewa
Deva adalah sinar suci Brahman atau Sang Hyang Widhi yang mempunyai tugas berbeda-beda. Kata Deva itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta div yang artinya sinar. Sesuai dengan artinya, fungsi Deva adalah untuk menyinari, menerangi alam semesta agar selalu terang dan terlindungi. Dalam Agama Hindu dikenal banyak Deva dengan berbagai fungsinya, antara lain:
  • Deva Indera adalah deva yang menguasai ilmu perang sehingga dikenal sebagai Deva perang;
  • Deva Brahma adalah deva pencipta alam semesta beserta isinya;
  • Deva Wisnu sebagai deva pemelihara dunia beserta isinya;
  • Deva Siwa sebagai deva pemeralina yang mengembalikan dunia kembali ke asalnya;
  • Deva Baruna sebagai deva penguasa laut;
  • Devi Saraswati sebagai deva penguasa ilmu pengetahuan;
  • Deva Ganeca sebagai deva kecerdasan dan penyelamat umat manusia;
  • Devi Sri sebagai deva kemakmuran; dan
  • Deva Sangkara sebagai deva penguasa tumbuh-tumbuhan.


Bhatara
Kata Bhatara berasal dari kata bhatr yang berarti kekuatan Brahman, Sang Hyang Widhi yang juga mempunyai fungsi sebagai pelindung umat manusia dan dunia dengan segala isinya. Dalam Agama Hindu dikenal ada banyak Bhatara, antara lain:
  • Bhatara Bayu yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan udara atau angin.
  • Bhatara Indra yang mempunyai kekuatan untuk mengadakan hujan.
  • Bhatara Agni yang mempunyai kekuatan untuk menjadikan api yang panas.
  • Bhatara Basuki yang mempunyai kekuatan untuk menciptakan kesuburan.
  • Bhatara Anantaboga yang mempunyai kekuatan untuk menstabilkan bumi.


Awatara
Kata Avatara berarti kelahiran Brahman. Dalam hal ini, Brahman melahirkan diri-Nya sendiri dengan wujud yang sesuai dengan kehendak-Nya untuk menyelamatkan umat manusia dan dunia beserta isinya dari ancaman kejahatan yang sudah merajalela. 

Umat Hindu percaya bahwa kehidupan umat manusia dan bumi beserta isinya tidak kekal dan berada dalam siklus perubahan abadi yang bisa baik dan juga bisa buruk. Dalam perjalanan kehidupan umat manusia tidak dapat lepas dari siklus perubahan.Terkadang pengaruh buruk yang menguasai alam semesta dan di lain waktu pengaruh baik yang mempengaruhi.

Manakala dunia beserta isinya berada dalam ancaman pengaruh buruk sifat manusia, yang ditandai dengan kejahatan merajalela, wanita tidak lagi diberikan kemuliaan dan penghormatan, perang terjadi di mana-mana, maka Brahman atau Sang Hyang Widhi turun ke dunia dengan mengambil wujud sesuai dengan keadaan zaman. Tujuannya untuk menyelamatkan umat manusia, alam semesta beserta isinya dari kehancuran. 

Dengan demikian, Avatara merupakan penjelmaan Brahman dengan mengambil wujud tertentu dengan tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dan dunia beserta isinya. Menurut Purana (bagian dari pada Veda), dikenal ada 10 Awatara Dalam Agama Hindu yang turun ke dunia untuk tujuan menyelamatkan umat manusia, alam semesta, dan segala isinya dari kehancuran.


Hubungan Deva, Bhatara, Avatara

Sebagai manifestasi, Deva Wisnu yang turun ke dunia antara Deva, Bhatara, dan Avatara mempunyai masing-masing hubungan, yaitu:
  1. Semuanya bersumber dari Brahman/Sang Hyang Widhi,
  2. Masing-masing mempunyai fungsi dan tugas menyelamatkan dunia dari adharma,
  3. Masing-masing mempunyai sifat yang sama dengan Brahman
  4. Deva, Bhatara, dan Avatara adalah maha pemurah terhadap makhluk hidup.



Perbedaan Deva, Bhatara, dan Avatara
  1. Deva berasal dari kata Div yang berarti sinar. Jadi, Dewa memiliki arti atau makna sinar yang menunjukkan sebagai sinar sucinya Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Bhatara berasal dari bahasa Sanskerta dari akar kata Bhatr, yang artinya Kekuatan/Pelindung. Jadi Bhatara adalah yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas kesucian dirinya sehingga mampu menjadi Manawa ke Madawa atau setingkat Bhatara yang dapat melindungi kesejahteraan umat manusia.
  3. Avatara adalah turunnya kekuatan Sang Hyang Widhi ke dunia dengan mengambil suatu bentuk tertentu untuk menyelamatkan dunia beserta isinya dari kehancuran yang disebabkan oleh sifat-sifat Adharma.



Sloka yang Mendukung Keberadaan Deva, Bhatara dan Avatara

  1. Bhagavadgita IV. 5
Banyak kelahiran yang telah Aku jalani di masa lalu, demikian juga engkau wahai Arjuna, semuanya itu Aku mengetahuinya, tetapi engkau tidak wahai Parantapa (Arjuna)

2.  Bhagavadgita IV. 6
Walaupun Aku tak terlahirkan, abadi, dan menguasai segala makhluk, namun dengan menundukkan kekuatan Ku sendiri, Aku bisa mewujudkan diriku melalui kekuatan maya Ku
  
3.  Bhagavadgita IV. 8
Demi untuk melindungi orang-orang suci, serta untuk memusnahkan orang-orang jahat, dan demi untuk menegakkan dharma.



Jadi Perbedaan itu adalah :

1. Awatara adalah perwujudan Sang Hyang Widhi yang diinginkan pada saat itu turun ke dunia menyelamatkan Dharma dari Adharma
2. Dewa adalah sinar suci atau maniferstasi Sang Hyang Widhi untuk menuntun ciptaannya.
3. Bhatara adalah  Kekuatan / prabhawa dari Sang Hyang Widhi untuk memberikan perlindungan kepada ciptaan-Nya.


Perbedaan tersebut terdapat di dalam Mantram Sruti Stawa, 360.1 menyebutkan :

" Om Isanah Sarvavidyanam,
Isvarah Sarva Bhutanam,
Brahmano Dhipatir Brahma,
Sivo Astu Sada Siva"

Artinya: 

Om Hyang Widhi dalam wujud-Mu sebagai Isana, dewa seluruh kebijaksanaan, Brahma yang mengatur semua makhluk hidup, Brahma Maha Tinggi, Semoga engkau menganugrahkan kebahagiaan. Om Siwa yang abadi.
 


Persamaan :



1. Awatara, Dewa, dan Bhatara sama sama bersumber dari Sang Hyang Widhi.
2. Awatara, Dewa dan Bhatara merupakan bentuk atau wujud dari Sang Hyang Widhi.
3. Awatara, Dewa, dan Bhatara sama sama memiliki sifat yang sepadan dengan Sang Hyang Widhi.
4. Awatara, Dewa, dan Bhatara memiliki fungsi yang sama dalam melindungi dan menegakkan Dharma    dengan kekuatan Sang Hyang Widhi.
5. Awatara, Dewa, dan Bhatara maha kasih, maha pemurah dan maha penyayang terhadap makhluk hidup (manusia) yang merupakan repleksi pancaran Sang Hyang Widhi.


Melalui pemahaman Brahma Widya yaitu ilmu tentang Tuhan dapat diketahui perihal beberapa definisi, di dalam kitab Brahma Sutra I.1.2 misalnya, dengan singkat namun jelas didefinisikan tentang Tuhan itu yaitu : Janmadhyasya yatah, bahwa Tuhan itu adalah dari mana mula (asal) semua ini. Dari bahasa yang lebih sering kita dengar Tuhan itu tidak lain dari Sang Sangkan Paraning Dumadi – beliau yang menyebabkan segala yang ada dan lahir menjelma. Itu artinya Tuhan adalah pencipta segala yang ada bahkan yang akan ada, termasuk mengembalikan ke alam-Nya kelak.

Tentang Dewa, menurut kitab Regveda X/129 dijelaskan bahwa Dewa itu diciptakan oleh Tuhan setelah menjadikan semua alam semesta beserta isinya. Jadi Dewa itu bukan Tuhan karena Dewa diciptakan oleh Tuhan itu sendiri. Dewa dijadikan atau diciptakan dari “sinar” (dev) dan karenanya menurut sifatnya makhluk Tuhan itu disebut Dewa. Dalam bahasa upadesa, Dewa itu adalah perwujudan sinar suci Hyang Widhi yang memberikan kekuatan suci guna kesempurnaan makhluk-makhluk. Pendeknya, Dewa itu bukan Tuhan dan Tuhan itu pun bukan Dewa. Tuhan adalah pencipta segenap makhluk dan Dewa itu sendiri termasuk salah satu ciptaan-Nya, tentunya dengan status/kedudukan tertinggi di antara semua ciptaan-Nya.

Mengenai istilah Bhatara pada hakikatnya terlahir dari sebuah proses penyucian arwah leluhur melalui rangkaian upacara Pitra Yajna. Bermula dari istilah Preta yaitu arwah orang yang baru meninggal dan belum di aben sehingga perwujudannya disebut Bhutacuil dan dianggap masih berada di Bhuta Loka. Setelah di aben preta berubah sebutan menjadi Pitara yang berkeadaan suci dan berada di Bhuwah Loka (alam Pitara). Selanjutnya jika sudah melalui upacara “Mamukur” yaitu upacara peningkatan kesucian arwah, sang Pitara akan menuju ke alam Swah Loka (alam Dewa) dan disebut Bhatara yang setingkat Dewa-dewa. Tapi Bhatara tetaplah Bhatara dan bukan Dewa. Hanya saja karena berfungsi sebagai pembimbing dan pelindung acapkali kedudukan Dewa dan Bhatara dipandang sama.

Itu pula sebabnya istilah Dewa dan Bhatara dalam penggunaannya sering disamakan. Maka muncullah istilah padanya seperti : Dewa/Bhatara Brahma, Dewa/Bhatara Wisnu, Dewa/Bhatara Siwa, termasuk Dewa Nawa Sanga (Dewa menurut pengider-ideran) yang juga dipersamakan penyebutannya dengan Bhatara Nawa Sanga. Bahkan tidak jarang untuk menyebut Hyang Widhi pun pada kalangan masyarakat kebanyakan, hanya menyebutnya dengan nama Dewa Ratu/Ratu Bhatara.

Terakhir, definisi Bhatara Kawitan yang dimaksud tidak lain dari arwah suci leluhur kita masing-masing yang mempunyai ikatan genealogis langsung. Termasuk bapak ibu, saudara serta kerabat dari garis “purusa” yang sudah tiada dan sudah di aben serta “mamukur”. Sehingga layak dilinggihkan di “Kamulan” untuk disembah sebagai Bhatara-Bhatari Kawitan.

No comments:

Post a Comment